Awan duka kembali menggelayut di langit FIA UB. Malam tadi (12/9), telah berpulang ke hadirat Allah SWT Bapak Drs. Soewondo, MS., dosen Jurusan Administrasi Publik, dalam usia 62 tahun. Almarhum dinyatakan meninggal dunia setelah sempat menjalani perawatan darurat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Islam Unisma. Almarhum kemudian dikebumikan di Pemakaman Universitas Brawijaya yang terletak di Karangploso, Kabupaten Malang, pada Minggu (13/9) pukul 10.00 WIB.
Selama masa hidupnya, almarhum tercatat aktif sebagai dosen di Jurusan Administrasi Publik. Terakhir, beliau mendapat amanah sebagai Sekretaris Program Magister Administrasi Publik. Selain sebagai dosen, beliau juga memprakarsai berdirinya paguyuban seni dan karawitan FIA Raras Sekar Arum yang beranggotakan dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa. Dari situlah almarhum kemudian akrab dipanggil dengan sebutan Ki Soewondo.
Banyak di antara kalangan sivitas akademika FIA UB yang terkejut dengan kepergian Almarhum Soewondo. Betapa tidak, hingga Jumat malam almarhum masih terlihat aktif mengajar bersama beberapa dosen lainnya. Saat itu tidak ada tanda-tanda bahwa ia akan meninggalkan kita untuk selamanya.
Salah seorang dosen FIA UB yang cukup dekat dengan almarhum, Drs. Dwi Atmanto, M.Si., menceritakan bahwa almarhum mengeluh tidak enak badan dan meminta Dwi untuk datang ke rumahnya pada Sabtu malam melalui sambungan telepon. Ketika itu, Dwi sedang dalam perjalanan ke Batu. Sejurus kemudian, Dwi pun berbelok arah menuju rumah almarhum di Jl. Andromeda 6. Namun, takdir berkata lain. “Saat saya sampai di rumahnya, ternyata ia sudah dinyatakan meninggal dunia di IGD RSI Unisma. Saya sangat terkejut dengan kepergiannya,” urai pria yang sedang menempuh studi S3 ini.
Jelang pemberangkatan jenazah ke pemakaman siang tadi, Wakil Rektor II UB Dr. Shihabuddin menyempatkan diri untuk menyampaikan cerita tentang almarhum. Menurutnya, ia telah mengenal almarhum sejak lama sebagai sesama dosen di UB. Shihabuddin menilai sosok almarhum patut dijadikan tauladan dalam kehidupan sehari-hari. “Selama hidupnya, Pak Soewondo ini tidak pernah marah. Beliau juga hidup sederhana. Kita perlu menjadikan beliau tauladan dalam kehidupan kita,” ujar dosen Fakultas Hukum ini.
Beberapa orang yang memiliki hubungan dekat dengan almarhum mengaku kehilangan sosok Soewondo. Dian Antika Ayu Hapsari, misalnya, mengingat almarhum sebagai dosen yang baik. “Walaupun dulu saya tidak dibimbing oleh beliau pada waktu skripsi dulu, tapi saya tahu beliau dosen yang sangat baik kepada mahasiswa,” ujar alumni FIA UB yang sekarang bekerja sebagai jurnalis harian Radar Malang ini. Andyka Muttaqin, alumni FIA UB lainnya, juga mengenal beliau sebagai sosok yang baik. “Saya mengenal beliau sebagai dosen yang sangat baik,” ujar dosen Jurusan Administrasi Publik ini. Sementara itu, Pitriyani, mahasiswa Program Magister Administrasi Publik, tak bisa menyembunyikan keterkejutannya atas berita kepergian almarhum. Menurutnya, baru beberapa waktu yang lalu dirinya bertemu Soewondo dalam kapasitas almarhum selaku salah satu reviewer proposal penelitian yang ia ajukan. Ia pun bersama rekan-rekannya yang lain turut bertakziah ke rumah duka untuk mendoakan kepergian almarhum.
Selamat Jalan, Ki Soewondo.
Semoga Allah SWT berkenan menerima segala amal ibadahnya dan mengampuni seluruh dosanya.
Kontributor: Aulia Luqman Aziz