Media massa sebagai saluran informasi kepada masyarakat nampaknya mulai bergeser dari fungsi aslinya. Pemilik media yang memiliki kepentingan tertentu kini mulai turut mewarnai arah dan isi informasi yang hendak disampaikan kepada masyarakat, sehingga sulit bagi masyarakat untuk berharap akan informasi yang utuh dan jernih untuk membawa mereka ke arah yang lebih baik. Itulah sekelumit peran dan fenomena media massa kekinian yang disampaikan oleh Anang Sujoko, D.Comm dalam “Pelatihan Reportase dan Penulisan Artikel Berita” di Ruang Rapat Gedung B Lantai 2 FIA UB, Kamis (1/10). Acara yang menghadirkan puluhan perwakilan dari Lembaga Otonom Fakultas (LOF) itu diselenggarakan oleh Pusat Sistem Informasi, Infrastruktur TI, dan Kehumasan (PSIK) FIA UB untuk membangun koordinasi peliputan berita kegiatan di lingkungan FIA UB.
Dalam sambutan pembukanya, Pembantu Dekan bidang Akademik Dr. M.R. Khairul Muluk, M.Si menuturkan bahwa fakultas mendukung sepenuhnya kegiatan ini. Menurut Muluk, FIA UB memang memerlukan jaringan peliputan yang kuat di bawah PSIK agar kegiatan yang dilakukan oleh sivitas akademika dapat terdengar hingga ke masyarakat luar universitas. “Acara ini adalah breakthrough, artinya belum pernah dilakukan sebelumnya. Mudah-mudahan dengan ini FIA UB makin dikenal oleh masyarakat luas dengan pemberitaan kegiatan-kegiatan yang kita lakukan,” ujar Muluk yang mewakili Dekan FIA UB yang berhalangan hadir tersebut.
Sementara itu, dalam paparan materinya, Anang Sujoko, D.Comm banyak mengungkap fakta seputar pergeseran fungsi media massa kekinian. Menurutnya, media massa lebih banyak menjalankan ketiga fungsi utamanya, yakni fungsi politik, ekonomi, dan sosial budaya, berdasarkan desain atau pesanan dari kepentingan pribadi pemilik perusahaan. Oleh karenanya, ia berharap insan-insan akademik yang terdapat di FIA UB ini bisa menjadi penyeimbang yang menyuguhkan informasi yang positif dan obyektif kepada masyarakat. “Kita sebagai kalangan akademis di kampus harus mampu memilah dan memilih informasi yang kita terima agar tidak terjebak dalam kepentingan pemilik media. Lalu, kita juga bisa memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi yang positif kepada masyarakat tentang kegiatan kita di kampus,” ujar pria yang kini menjabat sebagai Kepala Unit Informasi dan Kehumasan Universitas Brawijaya itu.
Pada sesi kedua, Kurniawan Muhammad didapuk untuk memberikan materi seputar penulisan artikel di media massa. Direktur Jawa Pos Radar Malang ini mengungkapkan dua kriteria utama sebuah berita layak untuk dimuat di media massa, yakni penting dan menarik. Menurut Mas Kum, panggilan akrabnya, berita yang tergolong penting misalnya melibatkan tokoh penting atau berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Sementara berita yang menarik adalah berita yang unik, kontroversial, diperbincangkan banyak orang, dan mengandung kata ‘ter-‘. “Kejadian yang layak menjadi berita belum tentu layak muat, tapi kejadian yang layak muat sudah pasti layak menjadi berita. Kalian harus bisa menemukan kejadian yang layak muat agar tulisan kalian dimuat di media massa,” ujar Mas Kum yang telah menduduki posisinya sekarang sejak 2011.
Dari kegiatan pelatihan ini, diharapkan akan terbangun koordinasi dan kerjasama peliputan berita kegiatan mahasiswa yang lebih terpadu. PSIK FIA UB sebagai koordinator peliputan berita telah membentuk sebuah jaringan koordinasi pemberitaan dengan puluhan media massa nasional, baik cetak maupun elektronik. Sehingga, ke depannya makin banyak berita tentang FIA UB yang dilihat dan didengar oleh masyarakat yang lebih luas melalui kerjasama yang apik antara peserta pelatihan dengan PSIK.
Tim Liputan:
Artikel: Aulia Luqman Aziz
Foto: Hendrik Tri Laksono