Pakar Perpustakaan Korea Selatan Didapuk Menjadi Dosen Tamu di Prodi Ilmu Perpustakaan

Bagikan Ke:

Tidak seperti biasanya, hari ini, Rabu (17/12), kelas mata kuliah Pengantar Pengarsipan mendapat kesempatan istimewa untuk belajar langsung dari Prof. Jungyeoun Lee, seorang pakar Ilmu Perpustakaan dan Informasi dari Korea Selatan. Dengan didampingi oleh Muhammad Rosyihan Hendrawan, dosen pengampu mata kuliah tersebut, selama kurang lebih satu jam Lee menjelaskan seluk-beluk dunia pustaka dalam konteks Indonesia, Korea Selatan, maupun dunia pada umumnya.

Jungyeoun Lee (berdiri) didampingi Muhammad Rosyihan Hendrawan (depan, duduk)
Jungyeoun Lee (berdiri) didampingi Muhammad Rosyihan Hendrawan (depan, duduk)

Dalam kesempatan itu, Lee lebih banyak memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk bertanya apa saja yang ingin mereka ketahui seputar dunia pengarsipan dan dokumentasi. Misalnya, ia ditanya apa yang mendorongnya untuk menekuni ilmu perpustakaan. Lee menjawab bahwa dengan ilmu ini ia merasa bisa melayani lebih banyak orang dengan lebih baik. Ia berkeinginan untuk berbagi metode pengarsipan yang baik dan bisa diwariskan kepada generasi berikutnya agar orang mudah mencari informasi yang mereka inginkan.

Tentang prospek profesi sebagai pustakawan, ia menerangkan bahwa pada dasarnya kedudukan pustakawan di Indonesia dan Korea Selatan sama, dan keduanya belum bisa dibandingkan dengan penghargaan tinggi yang diberikan oleh masyarakat di negara-negara Barat kepada para pustakawan. Hanya saja, ia menceritakan bahwa untuk menjadi seorang pustakawan di Korea Selatan, seorang sarjana harus memeroleh sertifikat keahlian profesi terlebih dahulu. Bahkan, untuk menjadi pustakawan pada level yang lebih tinggi, diperlukan juga pendidikan tinggi. “Kalau mau jadi pustakawan di universitas, kamu harus memiliki gelar S2. Tapi, kalau ingin bekerja di perpustakaan nasional, kamu harus bergelar S3,” tutur Visiting Professor di Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Indonesia ini.

Lee, Hendrawan, dan mahasiswa berfoto bersama
Lee, Hendrawan, dan mahasiswa berfoto bersama

Di akhir perkuliahan, ia memberi dorongan kepada para mahasiswa, sekaligus untuk menjawab pertanyaan, untuk senantiasa berusaha meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia melalui perpustakaan. Ia memahami bahwa masyarakat Indonesia lebih mahir dalam tradisi lisan dibandingkan tradisi membaca. “Orang Korea suka sekali membaca buku karena sejak kecil para orangtua memaksa mereka untuk membaca buku. Membaca buku dapat mengembangkan pikiran dan kreativitas. Kalau kamu ingin meningkatkan minat baca orang Indonesia, mulailah dari generasi paling muda dan lakukan lewat perpustakaan. Buatlah program-program yang menarik anak-anak untuk membaca,” urai dosen yang mulai lancar berbahasa Indonesia ini. (ALA/FIA)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

Dapatkan informasi terbaru dari Fakultas Ilmu Administrasi Univesitas Brawijaya

Lewati ke konten