Mencari
Tutup kotak telusur ini.

Marketing 3.0, Pendekatan Pemasaran berbasis Cinta dan Percaya ala Nabi Muhammad SAW

Bagikan Ke:

Bagi yang pernah mendengar atau bahkan sudah menonton film terbaru Superman vs. Batman tentu tahu bahwa itu adalah film yang mengisahkan pertarungan dua jagoan dalam jagad superhero. Superman dan Batman, dua pembela kebenaran favorit, kini harus berhadapan satu sama lain, saling unjuk kekuatan. Meski demikian, saat planet Bumi mendapat ancaman yang lebih besar daripada egoisme sentrik mereka, keduanya akan bersatu padu untuk mengalahkan musuh, seperti yang kita lihat di serial Justice League.

Itulah gambaran analogis tentang Marketing 3.0 yang digagas oleh Hermawan Kartajaya, begawan pemasaran Indonesia yang namanya sudah mendunia, saat memberikan kuliah umum di Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA UB) (18/4). Kepada peserta kuliah umum Hermawan menjelaskan bahwa Marketing 3.0 memiliki perbedaan mendasar dengan Marketing 1.0 dan 2.0. Menurutnya, Marketing 3.0 di era kekinian lebih mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dibandingkan dengan Marketing 1.0 yang hanya berorientasi profit dan Marketing 2.0 yang mengedepankan kepuasan konsumen. Dalam Marketing 3.0, seorang pemasar dituntut untuk memperhatikan planet Bumi tempat pasar berpijak terlebih dahulu daripada pasar itu sendiri. Sebab, tanpa planet yang baik, pasar tidak akan eksis.

Hermawan Kartajaya menjelaskan konsep Marketing 3.0 dengan penuh semangat
Hermawan Kartajaya menjelaskan konsep Marketing 3.0 dengan penuh semangat

Selain itu, seorang pemasar di era Marketing 3.0 akan mengedepankan hubungan yang baik dengan konsumen, menumbuhkan rasa cinta dan pertemanan yang dilandasi rasa saling percaya, sebelum menawarkan produk pada konsumen. Dengan kata lain, Marketing 3.0 adalah berbisnis dengan hati dan cinta, sama persis dengan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dahulu, jelas Hermawan.

Memang, karya besar yang ditulisnya bersama Prof. Philip Kotler ini diakuinya terinspirasi dari kiprah Nabi Muhammad SAW. Menurut Hermawan, ia betul-betul mengambil saripati nilai ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad ke dalam prinsip-prinsip Marketing 3.0 yang ia gagas. Walhasil, buku Marketing 3.0 tersebut laris manis dibaca oleh banyak orang di seluruh dunia hingga telah diterjemahkan ke dalam 25 bahasa. Prestasi ini, ujar Hermawan, adalah satu bukti bahwa prinsip-prinsip Islam adalah rahmatan lil’alamin, rahmat bagi seluruh alam, tidak hanya untuk orang Islam saja, sehingga prinsip Marketing 3.0 yang ia tulis bisa diterima oleh berbagai kalangan dari berbagai bangsa.

Lebih jauh Hermawan menjelaskan, ada sepuluh kredo atau prinsip dasar dalam Marketing 3.0, salah satunya adalah “Target Your Customer, Respect Your Competitor”. Pesaing usaha tidak boleh dibunuh sebagaimana prinsip yang ada dalam Marketing 1.0 dan prinsip Kapitalisme; sebaliknya, pesaing usaha harus dihormati dan dijaga keberadaannya untuk saling melengkapi dalam upaya memenuhi kebutuhan konsumen, seperti kisah Superman dan Batman tadi. Hermawan mencontohkan sebuah resor mewah dengan kamar berharga Rp 6 Juta semalam di Bali, sementara di sekitarnya ada penginapan-penginapan dengan harga kamar yang tak sampai Rp 1 Juta semalam. Apakah resor tersebut merasa dirugikan? Ternyata tidak. Menurut pemilik resor, justru keberadaan penginapan-penginapan low budget di sekeliling bangunan usahanya itu menguntungkan dirinya yang lebih menarget konsumen segmen pernikahan. Para keluarga dan tamu undangan pernikahan yang diadakan di resor tersebut bisa menginap di penginapan-penginapan sekitar resor yang berharga lebih terjangkau. Dengan begitu, kedua belah pihak pun sama-sama diuntungkan.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

Dapatkan informasi terbaru dari Fakultas Ilmu Administrasi Univesitas Brawijaya