Resume Bedah Koleksi Akbar Buku RSC

Ketika kemerdekaan diraih pada 1945, pemerintah dihadapkan pada situasi yang tidak menguntungkan di mana sebagian besar penduduk kekurangan pangan dan berada di bawah garis kemiskinan. Maka hal utama yang perlu segera dicapai adalah peningkatan produktivitas sektor pertanian, utamanya komoditas pangan. Tujuan pembangunan yang terutama di awal kemerdekaan ini adalah mengerjar pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pendekatan pembangunan yang diambil adalah pendekatan pembangunan yang bersifat sentralistik. Hampir semua pembangunan dirancang dan diarahkan dari pusat, daerah tinggal melaksanakan saja.
Hal ini sejalan dengan paradigma umum yang dianut dalam pembangunan di nergara-negara yang baru merdeka yaitu suatu paradigma yang memberikan peran dominan pada negara untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan di semua bidang. Tentu saja, paradigma yang demikian tidak, atau kurang, memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, membuat perencanaan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil pembangunan. Lebih jauh, paradigma yang demikian juga menghambat berkembangnya aspirasi masyarakat dan kearifan lokal (local wisdom) dalam proses pembangunan.
Meski demikian, rezim Orde Baru beranggapan bahwa cara yang paling efektif untuk mengejar ketertinggalan dan meningkatkan produktivitas adalah berfokus pada pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ingin dicapai dengan menyerahkan pelaksanaan pembangunan kepada badan-badan pemerintah dan pelaku ekonomi utama, di bawah kendali pemetintah pusat. Prasyarat pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu tentu saja adalalah terciptanya stabilitas politik (stability).
Penerapan strategi umum dan terpusat di semua wilayah negara mengakibatkan kesenjangan yang semakin melebar. Sering kali indikator makro ekonomi yang dicapai cukuo menggembirakan. Tingkat pertumbuhan ekonomi rekatif tinggi dan Produk Domestik Bruto (PDB) juga meningkat dari tahun ke tahun. Pendapatan per kapita, dengan demikian, juga semakin tinggi. Indikator tesebut hanya bersifat agregat di aras nasional di mana hasil-hasil pembangunan kurang dirasakan di wilayah-wilayah pedesaan. Konsep penetesan ke bawah (trickle-down effect) tidak dapat diharapkan untuk mendistribusikan manfaat pembangunan yang terpusat. Bahkan terjadi pengurasan sumber daya (backwash effect) dari wilayah-wilayah pedesaan ke pusat-pusat pertumbuhan.
Kesenjangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan masih merupakan masalah pembangunan yang rumit di negara-negara sedang berkembang. Kerumitannya semakin parah tatkala negara maupun pemerintah tidak mampu mengelola dampak ikutannya (derived impact). Di kota umumnya petumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita tiinggi, sementara  Salahdi desa umumnya pertumbuhan ekonomi rendah dan pendapatan per kapita lebih rendah. Kesenjangan kota-desa ini telah lama disadari oleh para perencana pembangunan wilayah dan telah dilakukan berbagai upaya untuk mengatasinya. Berbagai teori dna pendekatan pembangunan wilayah (perkotaan dan pedesaan) telah banyak dikembangkan oleh para pakar.
Dalam hubungan kedua wilayah, pedesaan umumnya berada pada posisi yang lemah. Posisi penduduk desa umumnya masih sebatas penghasil bahan baku, karena pembangunan pertanian belum mampu meningkatkan nilai tambah di pedesaan.
Setelah itu banyak istilah yang dibeirkan untuk pembangunan pertanian dan pedesaan. Salah satunya adalah “pembangunan pedesaan terpadu”. Saking terpadunya, terlalu banyak orang atau lembaga yang terlibat. Semakin terpadu suatu proyek, semakin banyak pula koordinasi yang dilakukan. Sindrom “ember bocor” atau “saluran bocor” sangat potensial terjadi pada proyek-proyek terpadu ini. Uang atau manfaat proyek lebih dulu mengucur pada petani kaya atau kelas menengah sebelum sampai pada sasaran yang sebenarnya, petani miskin.
Perencanaan wilayah menyangkut ke dalam dua aspek utama yaitu perencanaan ruang dan aktivitas di atas ruang tersebut. Yang berkaitan dengan ruang berkembang menjadi perencanaan tata ruang dan yang berkenaan dengan aktivitas berhubungan dengan perencanaan pembangunan dalam aspek ekonomi, social, kelembagaan, dan ekologi.
Perencanaan wilayah berkaitan dengan kajian sistematis atas aspek fisik, sosial-budaya, ekonomi, dan lingkungan untuk mengarahkan pemanfaatannya dengan cara terbaik untuk meningkatkan produktivitas guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Dengan demikian, sasaran perencanaan wilayah adalah efisiensi dan produktivitas, pemerataan dan akseptabilitas masyarakat, serta berkelanjutan. Perencanaan wilayah merupakan penerapan metode ilmiah dalam pembuatan kebijakan public dan upaya untuk mengaitkan pengetahuan ilmiah dan teknis dengan tindakan-tindakan dalam domain publik untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi.
Tujuan perencanaan wilayah adalah terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, berbagai infrastruktur wilayah, fisik, sosial budaya, ekonomi, sumber daya alam, sumber daya manusia, modal, dan teknologi perlu dipadukan melalui suatu perencanaan yang tepat agar pembangunan wilayah berjalan secara berkelanjutan..
Pengembangan ekonomi lokal (PEL) mengacu pada proses dimana pemerintah lokal atau organisasi berbasis masyarakat berusaha menggerakkan dan memelihara aktivitas bisnis dan/atau kesempatan kerja. Tujuan utama PEL adalah merangsang kesempatan kerja lokal pada sektor tertentu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam. PEL berorientasi proses, yaitu pengembangan institusi yang baru, industru alternatif, memperbaiki kapasitas tenaga kerja, identifikasi pasar baru, transfer pengetahuan (knowledge), dan memelihara perusahaan dan usaha yang baru.
PEL mengutamakan peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga, pengurangan kemiskina dan pengangguran. Dalam alur berpikir seperti ini, pembangunan ekonomi harus dilaksanakan di tingkat lokal dan penduduk lokal memperoleh manfaat dari pembangunan tersebut.
Peran pemerintah lokal dalam PEL adalah menciptakan kondisi yang baik bagi berkembangnya wirausahawan dan meningkatnya pembangunan lokal. Peran pemerintah lokal bukan membentuk perusahaan baru, tetapi meningkatkan kualitas pelayanan publik. Peran pemerintah lokal adalah menciptakan kondisi bagi bisnis lokal untuk bertahan bahkan memperluas aktivitas mereka serta menarik investor dari luar wilayah. Dengan demikian, untuk menggerakkan PEL perlu dilakukan lima tahapan: (1) pengorganisasian, (2) evaluasi strategi sebelumnya, (3) menyusun rencana strategik untuk pembangunan ekonomi lokal, (4) menciptakan sisten PEL dan mengimplementasikan rencana strategik, (5) monitoring dan evaluasi.
Hasil penelitian Beyer et al. (2003) di Zambia dan Rwanda mengkritisi model pembangunan eksisting dan mengusulkan kerangka pembangunan ekonomi yang mampu membantu membangun dan mengukur kemitraan dan partisipasi. Model pembangunan yang baru didasarkan pada pentingnya melanjutkan pertumbuhan ekonomi sekaligus menciptakan pemerataan hasil-hasil pembangunan sampai ke tingkat lokal, harus merancang strategi yang komprehensif namun tetap lentur yang mencakup kemitraan pemerintah swasta dan partisipasi masyarakat sipil. Inti dari pembangunan lokal adalah kemitraan dan partisipasi. Untuk membangun dan memperkuat kapasitas lokal, strategi pembangunan ekonomi harus memasukkan proses untuk menciptakan keterkaitan antara stakeholders dan suatu rencana untuk meningkatkan produktivitas ekonomi dan diversifikasi utilisasi sumber daya lokal. Strategi yang tepat untuk tujuan ini adalah strategi pengembangan ekonomi lokal (PEL).

Nurul
FIB 2015
Pertanyaan:
– Mengapa pembahasannya mengarah pada pertanian, dan mengapa tidak menuju ke industri pertanian?
– Di daerah saya yakni Ponorogo yang dikenal akan budayanya, akan tetapi dari sisi SDMnya masih kurang di sisi lain banyak pemuda keluar dari wilayah Ponorogo untuk berguru di Perguruan Tinggi luar. Bagaimana cara memaksmilkan potensi tersebut?
Jawab:
– Karena desa atau daerah adalah basisnya pertanian. Dimana Indonesia memiliki potensi yang besar pada pertaniannya dan yang dihasilkan dari bertani merupakan bahan baku yang nantinya akan dijadikan bahan olahan atau manufaktur. Sehingga basis yang digunakan adalah pertanian bukan industri pertanian. Karena industri pertanian merupakan instrumen tambahan bukan instrumen pokoknya.
– Pada dasarnya wilayah Ponorogo sudah dianggap memiliki potensi pada budayanya. Hanya dikarenakan adanya kesenjangan antara desa dan kota. Yang biasanya di wilayah desa masih memiliki kearifan lokal yang tinggi.Dikarenakan tuntutan ekonomi dan pendidikan yang tinggi maka banyak warga di daerah sana memilih untuk keluar daerahnya demi memperbaiki kualitas hidupnya. Sarannya adalah dengan pengembangan dan pengelolaan dengan baik dan pengaplikasian pada sektor-sektor lain yang tidak hanya menenkankan pada satu sektor saja.

Tanya Jawab:
Wulan
FIA 2014
Pertanyaan:
– Bagaimanakah cara memaksimalkan hasil potensi dari limbah buah dan sayuran?
Jawab:
– Para petani masih kurang dalam hal pengelolaan bahan pasca panen atau bahan limbah dari buah dan sayuran dikarenakan mindset pada diri mereka bahwa disini  hanyalah bertani, panen lalu dijual ke pasar. Dimana tidak ada effort yang lebih untuk bagaimana cara mengolah bahan baku tersebut untuk dijadikan bahan olahan yang bernilai jual tinggi dan mampu menaikkan taraf ekonomi mereka. Disinilah letak strategis yang perlu dilakukan pemerintah untuk melakukan pelatihan dasar serta penyuluhan secara berkala terkait pengolahan hasil panen menjadi bahan olahan yang bernilai jual tinggi. Tidak hanya peran pemerintah saja, akan tetapi partisipasi masyarakat dengan adanya pemfasilitasian dari pemerintah harus didukung penuh oleh pihak masyarakat.

 

 

Resume Bedah Koleksi “Jangan Bunuh KPK: Perlawanan terhadap Usaha Pemberantasan Korupsi”

Resume Bedah Koleksi

 

Dimulai dari segi tampilan buku dengan cover yang cukup unik, mudah untuk dibaca, ditulis dengan bahasa-bahasa media. Dari segi redaksional, buku ini berisi dari saduran-saduran berita. Dari sistematika pembahasan sendiri sudah runtut. Kekurangan dari buku ini terletak pada kesesuian tema dengan isi buku sehingga sulit untuk diambil benang merahnya

Korupsi ini sendiri masih dimana-dimana, dari Aceh hingga Merauke. Dan masih banyak di setaip instansi pemerintahan. Korupsi kelembagaan masih jadi ancaman. Good governance atau pemerintahan yang baik, penegakan hukum khususnya pada bidang korupsi adalah agenda demokratisasi yang dasar untuk mencegah terjadinya triple crisis of governance.

Sepak terjang KPK selama ini membuat ciut nyali para koruptor. Satu persatu pelaku korupsi diadili dan dijatuhkan hukuman penjara. Tindakan KPK yang dianggap sebagai “Superbody” ini membuat gerah para koruptor lainnya. Sehingga mereka berusaha menyerang balik dan melakukan perlawanan terhadap usaha pemberantasan korupsi.

Keberatan terhadap ide pembentukan KPK memang muncul. Namun akhirnya ada kesepahaman bahwa tindak pidana korupsi di negeri ini memang luar biasa. Bahkan, ada keseahaman bahwa korupsi adalah tindak pidana luar biasa (extra ordinary crime), sehingga membutuhkan penanganan yang luar biasa pula. Sehingga diperlukan pula lembaga yang luar biasa untuk menanganinya.

Pemberantasan korupsi secara tuntas adalah amanat reformasi yang digulirkan pada tahun 1998. Selama ini suka atau tidak, masyarakat masih menggantungkan kepercayaannya pada KPK dan insturmen yang dimiliki untuk melakukan pemberantasan korupsi. Jika KPK ditiadakan, dengan berbagai cara, masikhkah kita berharap ada Indonesia yang benar-benar bersih dari kourpsi?

Kewenangan KPK mulai dipersoalkan, mulai dari kewenangan penyadapan, supervisi penanganan korupsi, sampai perilaku pejabat KPK. Malangnya, kasus Antasari Azhar semakin mengeruhkan KPK, sehingga ada “gerakan” membunuh KPK. Adakah usaha mereka untuk melenyapkan KPK akan berhasil?

Buku ini mengupas tuntas maraknya kasus korupsi yang sudah menyebar dari Aceh hingga Papua. Juga dipaparkan proses pengadilan tindak pidana korupsi terhadap beberapa pejabat dan anggota DPR yang terlibat kasus korupsi. Kemudian agar pembaca bisa mengetahui secara lengkap kasus korupsi yang ditangani KPK, dilampirkan pula seluruh kasus korupsi beserta pelaku korupsi yang telah divonis hukuman penjara.

Dari sisi apartur, penyebab terjadinya korupsi tidak lain adalah oleh orang yang tidak memiliki integritas terhadap institusinya, entitas, maupun negara. Dari sisi struktur, perbaikan sistem melalui informasi administrasi perlu dilakukan untuk membentuk border terhadap tindakan korupsi serta integrasi antara sub sistem terkait.

Pengembangan infrastruktur berbasis teknologi perlu digunakan untuk meminimalisir kecurangan yang terjadi. Lingkungan yang kotor akan membuat orang lebih mudah terserang penyakit, begitupun korupsi yang sudah membudaya, sangat mudah untuk menjangkit.

Tan Malaka (Resume Bedah Koleksi)

Resume Bedah Koleksi

Tan Malaka merupakan seorang anak dari tokoh masyarakat yang lahir di Sumatera Barat. Tan Malaka lahir dilingkungan yang taat beragama. Menyelesaikan sekolah keguruan di Bukittinggi (1908-1913). Kemudian melanjutkan sekolah di Rijkskweekshool (Sekolah Pendidikan Guru Pemerintah), Harlem, Belanda dengan biaya yang dikumpulkan oleh tokoh masyarakat. Di Belanda Tan Malaka mendapatkan beberapa inspirasi sehingga menciptakan sebuah pemikiran pendidikan yang berkeadilan dan berkerakyatan. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Belanda Tan Malaka kembali ke Sumatera Barat. Tan Malaka kembali ke Indonesia memiliki konsep pendidikan kerakyatan dan humanis. Pendidikan harus bersifat merakyat dan tidak diskriminatif dalam hal pemenuhan akses keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Orientasi pendidikan juga mengarah pada proses mendidik manusia untuk memiliki jiwa-jiwa revolusioner dalam kerangka berpikir yang progresif, kritis, dan semangat kebersamaan dalam tatanan hidup bermasyarakat. Konsep pemikiran tersebut lahir karena pada saat itu sistem pendidikan Indonesia terjadi diskriminasi antara kaum bangsawan dan kaum pribumi biasa. Saat itu hanya anak-anak orang bangsawan saja yang dapat memperoeh pendidikan yang layak. Sehingga tidak semua rakyat bisa bersekolah dan berakibat mudah dibodohi oleh Belanda untuk mengusai bangsa Indonesia dan rakyat Indonesia terjajah di tanah sendiri.

Berdasarkan hasil diskusi pada bedah koleksi ini pendidikan di Indonesia pada saat ini masih terdapat diskriminasi terhadap siswa yang mampu membayar dan tidak. Bagi yang mampu membayar akan mendapatkan fasilitas pendidikan yang baik sedangkan yang tidak mampu membayar hanya mendapatkan fasilitas pendidikan yang cenderung seadanya. Hal tersebut bertolak belakang dengan bertolak belakang dengan Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 bahwasanya kemerdekaan Indonesia merupakan jalan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. Dalam praktiknya pemerintah telah meminimalisir adanya diskriminasi pendidikan dengan adanya program wajib belajar Sembilan tahun. Selain itu, gerakan-gerakan pemuda dan mahasiswa yang dengan sukarela mengajar di daerah pelosok merupakan suatu bentuk nyata untuk memberikan fasilitas pendidikan yang baik dan tanpa diskriminasi.

Resume Bedah Koleksi “Implementasi Program PerpuSeru dalam Upaya Meningkatkan Pelayanan Perpustakaaan (Studi Kasus pada Corporated Social Responsibility Coca-Cola Foundation di Perpustakaan Kabupaten Sidoarjo)

Resume Bedah Koleksi Skripsi
22 oktober 2015

Haaii keluarga RSC, bagi temen-temen yang kemarin tidak sempat hadir di kegiatan bedah koleksinya RSC berikut resumenya yaa, selamat membaca 😉
Implementasi Program PerpuSeru dalam Upaya Meningkatkan Pelayanan Perpustakaaan (Studi Kasus pada Corporated Social Responsibility Coca-Cola Foundation di Perpustakaan Kabupaten Sidoarjo)
Skripsi yang ditulis mbak Fidan (2011) sebagai pemateri terinspirasi dari program salah satu dosen publik FIA Universitas Brawijaya, dimana beliau mentraining anak-anak Sidoarjo yang mengambil jurusan ilmu perpustakaan di FIA UB. Dari hal tersebut ternyata didapati bahwa perpustakaan yang berada di Sidoarjo belum siap secara infrasuktur, itu dapat dibuktikan dari pemimpin perpustakaannya yang sampai 7 tahun kepengurusan tidak diganti. Pada awal tahun 2012, PT. Coca Cola Company bekerja sama dengan Bill Melinda Foundation memiliki sebuah program CSR dengan mengusung tema PerpuSeru. Dimulai dengan mencari beberapa perpustakaan daerah dengan pertimbangan berada di daerah tertinggal dan ingin mengembangkan TIK, dari situ terpilihlah 33 perpustakaan yang akan menerima training program PerpuSeru selama jangka waktu 2 tahun. Training yang dilakukan lebih kepada bagaimana perpustakaan dapat mengembangkan TIK untuk keberlangsungan perpustakaan. Setelah 2 tahun berjalan, tersisalah 19 perpustakaan yang masih menerima training sampai akhir tahun 2014. Teori yang digunakan dalam menyusun skripsi ini ada 4, yaitu perpustakaan, Corporate Social Responsibility(CSR), Pelayanan Publik, dan Implementasi Program.Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah Qualitative for Library Research, yang lebih menekankan pada rekomendasi penelitian selenjutnya.

Resume Bedah Koleksi Elektronik “Perbedaan Kinerja Pasar Modal Syariah dan Konvensional di Indonesia”

Hallooo keluarga RSC, bagi temen temen RSC yang kemarin berhalangan hadir dalam kegiatan ruti bedah koleksi elektronik RSC tentang “Perbedaan Kinerja Pasar Modal Syariah dan Konvensional di Indonesia” berikut resumenya yaa, selamat membaca 🙂

Resume Bedah Koleksi Elektronik
Perbedaan Kinerja Pasar Modal Syariah dan Konvensional di Indonesia

Pasar Modal adalah pasar yang menjual instrumen-instrumen keuangan yang meliputi saham, obligasi, dan reksadana. Selama 2 dekade terakhir muncul pasar modal syariah yang kinerjanya tidak sama dengan pasar modal konvensional. Perbedaan yang paling mendasar adalah penggunaan prinsip-prinsip syariah dalam pelaksanaannya, yang biasanya dikenal dengan menerima bunga, di pasar modal syariah mengenal bagi hasil. Pasar modal syariah muncul karena pelaku pasar modal konvensional percaya bahwa melakukan spekulasi pada pasar modal konvensional hukumnya haram. Saham-saham yang diperjualbelikan dalam pasar modal syariah dipilih dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip syariah dalam mengelola perusahaan, mulai dari pengelolaan produk sampai bagaimana perusahaan memperlakukan tenaga kerjanya, serta tidak merugikan pihak-pihak tertentu atau stakeholder serta sudah lolos uji MUI. Dalam praktek jual beli saham, diharapkan seseorang memang benar-benar paham dan tahu bagaimana cara menganalisis pergerakan harga saham, agar tidak melakukan spekulasi terus menerus yang akan merugikan diri sendiri. Hal yang paling aman dalam membeli saham adalah dengan membeli saham yang beraneka ragam dan tidak membeli satu saham yang nilainya tinggi, agar saat harga turun pembeli tidak merasakan rugi yang terlalu besar atau membeli reksadana yang peluang ruginya kecil karena reksadana terbagi kedalam portofolio-portofolio yang mengusung perusahaan-perusahaan dari sector-sektor yang berbeda.

Resume Bedah Koleksi Karya Tulis

Haaii temen-temen mafia dan keluarga RSC , tanggal 27 Mei 2015 kemarin teman-teman dari bidang perpustakaan mengadakan bedah koleksi karya tulis loh dengan judul “Voluntoursm : Strategi Konservasi Ekosistem Laut Melalui Penggabungan Konsep Wisata dan Pengabdian Masyarakat di Pantai Sendangbiru Desa Tambak Rejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang”. Bagi temen-temen mafia dan keluarga RSC yang kemarin berhalangan hadir, berikut resumenya yaa, selamat membaca, semoga bermanfaat ^^

 Pariwisata dan pelestarian lingkungan adalah 2 hal yang saling berkaitan, kaitannya kali ini adalah bertolak belakang. Karena, selama ini tanpa disadari kegiatan pariwisata malah merusak lingkungan. Usaha untuk meningkatkan jumlah pengunjung tak lepas dari usaha meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Akan tetapi, kerusakan lingkungan yang dihasilkan tak sebanding dengan dampak positif yang dtimbulkan. Belakangan ini, Pantai Sendangbiru yang terletak di Malang banyak dikunjungi wisatawan yang hanya sekedar wisata ataupun penasaran dengan keelokan pantai tersebut. Peningkatan tersebut tidak dibarengi dengan persiapan yang memadai, sehingga menyebabkan lingkungan di Pantai Sendangbiru mengalami degradasi, dari situlah timbul gerakan untuk melakukan konservasi ekosistem dengan menggabungkan konsep wisata dan pengabdian masyarakat. Relawan yang melakukan usaha konservasi ini berusaha melakukan hal-hal yang dapat terus menjaga maupun mengembalikan keseimbangan ekosistem di Pantai Sendangbiru.

salam Care Think Act 🙂

Resume Bedah Koleksi Elektronik “Budaya Inovasi dan Revormasi Birokrasi”

halooo keluarga RSC, buat segenap keluarga RSC yang kemarin berhalangan hadir dalam kegiatan rutin bedah koleksi elektronik RSC tentang “Budaya Inovasi dan Reformasi Birokrasi” berikut resumenya yaa, selamat membaca 🙂

Resume Bedah Koleksi Elektronik
Budaya Inovasi dan Reformasi Birokrasi

Banyaknya permasalahan dalam birokrasi pemerintahan di Indonesia sudah terjadi sejak masa pemerintahan presiden pertama, Soekarno, bahkan pada masa pemerintahan Soeharto disebutkan pada Rencana Pembangunan Jangka menengah Nasional(RPJMN). Isu-isu publik yang menjadi permasalahan dalam birokrasi Indonesia seakan tidak ada solusinya, karena sudah disediakan anggaran khusus untuk pemfasilitasan inovasi dan reformasi birokrasi, tetap saja permasalahannya belum menemukan solusi yang tepat untuk menghentikan isu-isu politik terkait dengan pelayanan pemerintah. Pentingnya Inovasi bagi reformasi birokrasi berfunsi untuk menciptakan birokrasi yang lebih dinamis dan melakukan improvement.
Inovasi administrasi dalam literature administrasi public tergolong konsep yang baru. Mengambil contoh pada negara Korea yang berhasil menerapkan inovasi dalam birokrasinya mengalami dampak peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan di tingkat lokal. Praktek inovasi dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintahan di Indonesia sejak 5 tahun belakangan ini sering disebutkan dalam sejumlah literature. Beberapa daerah yang menjadi rujukan sebagai best practices penerapan inovasi adalah Propinsi Gorontalo, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Jembrana. Menilik dari 3 daerah tersebut, kapasitas pemerintah daerah dalam melakukan inovasi di daerah berkorelasi positif dengan dukungan masyarakat terhadap pemerintah daerah masing-masing.
Banyaknya faktor yang memengaruhi kemampuan inovasi birokrasi pemerintah berakibat kemampuan setiap lembaga pemerintah untuk melakukan inovasi berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut sangat penting untuk dikenali, terutama untuk membangun strategi yang memadai bagi peningkatan kemampuan inovasi suatu lembaga pemerintah.

Resume Bedah Koleksi

Hai RSC’ers, update lagi mengenai resume Bedah Koleksi Perpustakaan RSC yang diadakan:

Hari : Kamis, 23 April 2015
Jam : 13.00
Tempat : RSC
Berikut hasil resumenya, check it out 🙂

Greate by Choice merupakan buku yang dikarang olehJim Collins dan Morten .T Hansen. Jims  Collins merupakan pemikir manajemen paling berpengaruh yang masih hidup pada saat ini. Dari karya trobosan terbarunya Jims Collins bertanya: Mengapa sejumlah perusahaan berjaya ditengah ketidakpastian bahkan kekacauan sementara yang lain tidak? Berdasarkan penelitian 9 tahun. Collins dan koleganya, Morten.T Hansen mengemukakan prinsip-prinsip untuk membangun perusahaan yang benar-benar hebat pada masa-masa yang tidak bisa diramalkan, bergejolak, serta bergerak cepat. Temuan-temuan Collins Provokatif, seperti:

  1. Pemimpin terbaik tidak lebih berani mengambil resiko, tidak lebih visioner dan tidak lebih kreatif dibandingkan pemimpin lain.
  2. Inovasi bukanlah kartu truf dalam dunia yang kacau dan tidak pasti.
  3. Mengikuti keyakinan bahwamemimpin didunia yang cepat selalu memerlukan keputusan yang cepat dan tidak cepat adalah cara yang bagus untuk binasa.
  4. Perusahaan yang hebat lebih sedikit berusaha dibandingkan dengan perusahaan lain dalam merespon dunia yang berubah secara radikal.

Dengan pandangan yang jernih dan pandai menahan hawa nafsu para 10Xer menerima tanpa mengeluh, bahwa mereka menghadapi kekuatan diluar kendali mereka, mereka menerima bahwa mereka tidak bisa secara akurat meramalkan peristiwa dan bahwa tidak ada satu hal yang pasti. Akan tetepi mereka menolak telak-telak konsep bahwa keberuntungan, kekacauan atau faktor external apapun akan menentukan kesuksesan ataupun kegagalan.

Para 10Xer menunjukkan 3 perilaku inti yang jika dikombinasikan akan membedakan mereka dari para pemimpin perusahaan perbandingan yang kurang sukses:

  1. Disiplin Fanatik
  2. Kreativitas Empiris
  3. Paranoia Produktif

Landasan dari 3 perilaku inti 10Xer adalah tekanan motivasi  hasrat dan ambisi bagi satu tujuan atau perusahaan yang lebih besar dibandingkan diri mereka sendiri.

Terima kasih, semoga bermanfaat ^.^

Bedah Koleksi Perpustakaan

Hai RSC’ers

Akan diadakan bedah koleksi perpustakaan dengan judul buku yang akan dibedah “Great by Choice”, dengan pemateri niko ardyatama dan aura

Hari : Kamis, 23 April 2015

Jam : 13.00
Tempat : RSC

Berikut review sekilas ttng materi bedah koleksinya :

Buku ini mengusung pertanyaan besar dari pengarangnya, dimana pengarang melakukan riset selama 9 th untuk mencari jawaban dr pertanyaan “ mengapa sejumlah perusahaan berjaya ditengah ketidakpastian bahkan kekacauan sementara yang lainnya tidak?”. Sehingga great by choice ini mengemukakan prinsip-prinsip untuk membangun perusahaan yang benar-benar hebat pada masa-masa yang tidak bisa diramalkan, bergejolak, serta bergerak cepat.

Penasaran?Ingin tahu? Mangkanya datang ya ^.^

Salam Care Think Act

Bedah Koleksi Perpustakaan RSC Rabu, 17 Desember 2014

Jenis koleksi    : Buku

Judul                 : Harus Bisa

Penyaji             : Moch. Weldy Arif Fitrianto (2012) dan Nur Lailatul Fitri (2013)

Resume            :

Buku “Harus Bisa: Seni Memimpin ala SBY” catatan harian Dr. Dino Patti Djalal yang pada saat itu menjabat sebagai Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional/ Juru Bicara Kepresidenan. Dr. Dino bisa merupakan seorang yang beruntung dapat mengenal secara lebih dekat dengan Presiden SBY dikarenakan Dr. Dino termasuk sebagai jajaran lingkaran “orang dalam” kepresidenan.Dalam buku catatan harian ini menuliskan dengan cukup detail setiap aktivitas dan suasana yang dialami Presiden SBY selama menjalankan pemerintahan yang kesemuanya seolah tergambar dengan jelas bagaimana SBY berbicara, bertemu, berinteraksi dengan orang lain baik itu anak-anak, pejabat negara, kepala negara, dan bahkan sekjen PBB. Tindakan-tindakan spontan SBY, kedisiplinannya, integritasnya dan prinsipnya yang dengan teguh dipegang semua tertuliskan dengan paripurna oleh Dr. Dino.

Buku ini dibagi menjadi 6 bagian besar yang dalam setiap bagiannya dituliskan tentang berbagai aktivitas SBY, keenam bagian itu adalah antara lain yaitu (1) Memimpin dalam Krisis. (2) Memimpin dalam Perubahan (3) Memimpin Rakyat dan Menghadapi Tantangan (4) Memimpin Tim dan Membuat Keputusan, (5) Memimpin di Pentas Dunia dan (6) Memimpin Diri Sendiri.Dalam bagian pertama yaitu bab “memimpin dalam krisis” dijelaskan bagaimana respon SBY yang cepat tanggap dan real time menghadapi berbagai permasalahan yang bersifat kritis dan membutuhkan keputusan cepat untuk dipecahkan. Salah satunya yaitu ketika terjadi gempa dan tsunami di Aceh, ketika itu SBY masih berada di Papua dan telat mendapat kabar bencana gempa dan tsunami dari bawahannya. Pada bagian “memimpin dalam perubahan” diceritakan gebrakan Presiden SBY dalam mendobrak pintu-pintu brokrasi yang berkepanjangan sehingga dapat mempersingkat alur birokrasi di Indonesia.Dalam bab “memimpin tim dan membuat keputusan” penulis memaparkan cara dan gaya kepemimpinan SBY yang lebih suka untuk memilih sendiri setiap anggota kabinet yang akan serta mensuksekan kepemimpinannya. Buku ini secara umum mebahas mengenai kelebihan-kelebihan SBY dalam menjalankan tugasnya sebagai presiden Republik Indonesia dan tidak menyinggung kekurangan-kekurangan SBY dalam memimpin Indonesia.