Literasi Urban sebagai Solusi Persoalan Perkotaan Masa Kini

Perkotaan merupakan pusat peradaban yang menyediakan berbagai fasilitas dan layanan bagi kebutuhan hidup. Hal ini menjadikan kota sebagai magnet masyarakat luar kota untuk datang. Kepadatan penduduk berpotensi menimbulkan ketimpangan dan sumber permasalahan lainnya. Kota Malang tak terkecuali. Solusi dalam menangani kesenjangan ini ialah literasi urban. Demikianlah yang dibahas dalam pembukaan acara Focus Group Discussion (FGD) Urban Literacy di Auditorium Lantai 10 Gedung E Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya (UB). Acara FGD Urban Literacy diselenggarakan melalui kerja sama yang dibangun antara Program Studi (Prodi) Ilmu Perpustakaan FIA UB dengan RBA. FGD ini mengundang para pegiat literasi yang berasal dari berbagai kalangan akademisi dan praktisi. Kesenjangan dan literasi urban menjadi perhatian utama dalam FGD yang diadakan pada Sabtu, 19 Januari 2019 tersebut. Ketua Prodi Ilmu Perpustakaan FIA UB, Dr. Muhammad Shobaruddin, MA menjelaskan dalam pembukaan acara tersebut bahwa ruang gerak pegiat literasi semakin luas. Melalui literasi urban yang mengarah pada kesejahteraan, upaya pembangunan kesejahteraan masyarakat juga dapat dikembangkan. “Tujuannya adalah mendorong masyarakat untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuannya, bahkan mendokumentasikannya sehingga aktivitas literasi masyarakat dapat berjalan secara berkelanjutan,” ujar Shobaruddin.

Diikuti oleh empat puluhan pegiat literasi dari berbagai latar belakang dengan beragam perspektif, kegiatan ini berupaya untuk menakar isu-isu literasi yang ada di masyarakat. Sebagai salah satu kota pendidikan di Jawa Timur, Kota Malang tak luput dari persoalan-persoalan yang memerlukan perhatian para pegiat literasi. Forum ini diharapkan dapat menemukan solusi bersama atas permasalahan-permasalahan tersebut. Solusi yang dihasilkan dapat berupa rekomendasi dalam bentuk program kolaborasi bersama antarelemen. Menurut penuturan Arwin Anindyka, S.AP selaku alumni Prodi Ilmu Perpustakaan FIA UB dan Pengelola RBA, indikator yang disasar oleh kegiatan ini adalah terbentuknya masyarakat yang berdaya dalam mengatasi permasalahannya. “Penerapannya bisa dilakukan sesuai kondisi lingkungan masing-masing. Oleh sebab itu, dibutuhkan solusi yang lahir dari perspektif masyarakat,” ujarnya.

Pada FGD ini, urban literacy ini dibedah dari enam dimensi literasi yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), yakni literasi baca tulis atau fungsional, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan. Tema utama difokuskan ke dalam empat subtema. Tiap subtema dikaji dalam bentuk diskusi kelompok oleh para peserta FGD sesuai kapasitasnya masing-masing. Subtema pertama bertajuk “Giat baca tulis, numerasi, dan sains dalam perspektif keluarga, sekolah dan masyarakat”. Kedua, “Literasi finansial dan kewirausahaan untuk kesejahteraan masyarakat”. Ketiga, “Kesehatan masyarakat dan mitigasi kebencanaan dalam tinjauan budaya dan kewargaan.” Keempat, “Giat kepemudaan dan digital platform dalam literasi masyarakat”. Diskusi pada setiap subtema ini dilaksanakan oleh rata-rata sepuluh pegiat literasi dan dipandu oleh seorang moderator.

Usai diskusi kelompok, hasilnya dipaparkan dalam dua tahap diskusi umum. Tujuannya adalah merumuskan rekomendasi-rekomendasi sebagai bahan untuk menyusun program kolaborasi antarelemen guna mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemaparan pada diskusi umum, beberapa gagasan rekomendasi yang diusulkan adalah perlunya mengadakan kunjungan silaturahmi antarkomunitas, meningkatkan program kolaborasi, pentingnya melakukan riset terobosan untuk mengimbangi riset-riset kuantitatif yang sudah masif baik dari dunia internasional maupun dari Pemerintah Indonesia sendiri, memberdayakan peran mahasiswa dan sivitas akademika lainnya di kampus untuk turun langsung ke masyarakat, aktivitas literasi ditekankan pada literasi berbasis lokal, dan menggalakkan partisipasi untuk menumbuhkan budaya baca yang dimulai dari entitas di lingkungan sekitar masing-masing. Beberapa rekomendasi yang dihasilkan ini diharapkan dapat menjadi solusi atas permasalahan yang timbul di masyarakat, khususnya di Kota Malang.