Para pebisnis lokal harus mampu bersaing secara kompetitif dengan pebisnis dari Asia Tenggara jelang berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun 2015 ini. Setidaknya, mereka wajib menguasai konsep WOW yang digagas oleh pakar marketing berskala internasional asal Indonesia Hermawan Kartajaya.
Paparan tentang konsep WOW ini disampaikan oleh Hermawan Kartajaya dalam Kuliah Umum di FIA UB bertema ‘Opportunities & Challenges for Future Business: How Future Leaders are Created & Transformed’ di hadapan sekitar 500 orang peserta di Aula Gedung A Lantai 4 FIA UB, kemarin (18/5). Founder dan CEO MarkPlus, Inc ini mengatakan para pebisnis lokal harus mulai menerapkan cara agar konsumen itu tidak sekadar menjadi pembeli atau pengguna jasa saja. “Pembeli atau pengguna jasa harus menjadi objek yang loyal pada merk sampai mengatakan WOW sebagai apresiasi tertinggi terhadap produk kita. Tahapan reaksi konsumen adalah mulai dari OK, AHA, sampai WOW,” papar pria yang telah menulis banyak buku bersama pakar marketing dunia Philip Kotler ini.
Bagaimana bisa mencapainya? Secara blak-blakan Hermawan berbagi konsep hasil riset yang dilakukannya. Meski tidak mudah, para pebisnis lokal bisa melakukannya. Produk yang bisa mencapai tingkatan WOW itu harus kompetitif. “Karena itu harus memiliki tiga unsur enjoyment, experience, dan engagement,” ujarnya.
Tak hanya WOW Marketing saja, Hermawan juga memaparkan konsep WOW Leadership. Menurut dia, dalam WOW Leadership tersebut seorang pemimpin usaha bisnis harus menguasai enam aspek agar dapat memimpin organisasinya dengan baik, yakni aspek fisik, intelektual, emosional, kemampuan sosial, kepribadian, dan aspek moral. “Tidak banyak buku kepemimpinan yang menyinggung soal fisik seseorang dalam kepemimpinan, padahal aspek fisik juga penting. Makanya kalau mau jadi pemimpin harus dijaga makannya, harus rajin berolahraga,” terangnya yang disambut tawa hadirin.
Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar dua jam kemarin, penasihat bisnis andalan Indonesia ini juga memotivasi peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan perwakilan dunia usaha itu agar bisa menjadi marketer andal. Caranya adalah dengan pendekatan antara penjual dan konsumen yang tidak lagi sebatas karena uang, atau karena kewajiban sosial seperti Corporate Social Responsibility (CSR) saja, tetapi juga lebih global, terutama hubungan antar manusia. “Jika mau menjual produk, saat ini lebih tepat menggunakan Community Approach (pendekatan ke komunitas),” terangnya.
Konsep yang ia tawarkan dalam bukunya Marketing 3.0 tersebut sebenarnya adalah sebuah konsep pemasaran bisnis yang ia pelajari dari cara Nabi Muhammad berbisnis. Kejujuran, menurut Hermawan, adalah fondasi dasar dari seluruh kegiatan bisnis atas dasar hati dan cinta kepada konsumen, bukan semata karena menginginkan keuntungan dari penjualan produk. “Walaupun saya seorang Katolik, tapi saya intens memelajari Islam, terutama tentang cara Nabi Muhammad berbisnis. Kejujuran yang beliau bangun menginspirasi saya untuk menulis tentang Marketing 3.0 ini,” terangnya.
Dalam konsep Marketing 3.0 itu, seorang penjual yang andal, kata Hermawan, harus bisa membaur dan masuk ke komunitas calon pelanggan seperti menggunakan aneka media sosial yang ada. Mulai dari WhatsApp, grup BBM, Instagram, Facebook, dan lain sebagainya. “Nanti ujungnya juga menawarkan produk. Pembeli juga tidak risih karena yang menawarkan produk adalah temannya sendiri,” saran dia.
Kedatangan Hermawan Kartajaya ke FIA UB tidak hanya untuk memberikan kuliah umum saja tetapi juga mendiskusikan langkah lebih jauh lagi dalam pengembangan dunia pendidikan di FIA UB. Di antaranya, FIA UB berencana mengusulkan Hermawan Kartajaya sebagai Guru Besar Luar Biasa dalam bidang Marketing atas dasar keilmuan dan kepakarannya di dunia marketing yang sudah terkenal seantero dunia. Kemudian, Hermawan bersama Sapta Nirwandar, mantan Wakil Menteri Pariwisata, juga sepakat untuk membantu pengembangan Program Magister Administrasi Bisnis minat khusus Pariwisata.
Terakhir, FIA UB juga mengangkat Hermawan secara resmi sebagai Board of Advisor dari ESPRIEX International Business Model Competition ASEAN. Kompetisi pemodelan bisnis internasional yang rutin diselenggarakan oleh Jurusan Administrasi Bisnis FIA UB yang akan diselenggarakan pada Januari 2016 ini nantinya akan mengirimkan juaranya sebagai wakil ASEAN dalam acara puncak yang akan dihelat pada Mei 2016 di Harvard University, Amerika Serikat. (ALA/RIZ/FIA, IKA of RADAR MALANG)