Materi : Logika Dasar Berfikir dan Identifikasi Masalah
Penyaji : Fida Shihab Azhuhri, S.AB dan A. Miftakhul Khoiri, S.AP.
Preview :
LOGIKA BERFIKIR
Kita sebagai manusia terbiasa berpikir dan rasanya berpikir itu sepintas lalu terasa mudah. Setiap hari barangkali tak ada kegiatan manusia yang terlepas dari kegiatan berpikir. Contohnya dalam kegiatan membaca, menulis, berbicara, menyimak dan lain sebagainya. Memang berpikir namapak begitu mudah bagii kita sebagai manusia. Namun, jika kita renungkan secara mendasar tentu berpikir itu tidak semudah yang kita duga jika dilakukan secara benar. Manakala jika kita coba teliti dengan seksama dan sistematis berbagai pemikiran atau penalaran yang kita dengar, kita baca, dan kita ungkapkan. Banyak penalaran atau pikiran yang tidak “nyambung” apabila kita dengar dan kita ucapkan. Mengapa terjadi demikian? Didalam kegiatan berpikir, kita rupanya dituntut kesanggupan dan kecermatan untuk melihat hubungan-hubungan, kesalahan-kesalahan yang terselubung; dan kita dituntut awas terhadap kebenaran yang dicari-cari, terhadap segala tindak yang relevan, terhadap prasangka-prasangka, terhadap perasaan-perasaan pribadi, sentiment golongan dan sebagainya, yang semuanya itu acapkali mengaburkan jalan pokiran kita sebagai manusia. Menyadari akan adanya berbagai kesulitan dalam berpikir inilah, kita didorong untuk memikirkan cara kita berpikir, serta meneliti asas-asas dan hukum yang mampu mengatur arah pemikiran kita ke arah yang benar. Dorongan inilah yang kemudian memunculkan ilmu yang disebut Logika. Sedangkan kita sebagi insan peneliti dan kaum intelektual masyarakat sangat perlu menerapkan Logika Berpikir ini dalam segala aspek kehidupan agar kualitas karya yang kita buat semakin baik dan dapat menyelesaikan segala masalah yang ada lingkungan sekitan dengan tepat.
Logika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani dari kata “logike” yang berhubungan dengan kata “logos” yang berarti ucapan, atau pikran yang diucapkan secara lengkap. Logika sebagai studi secara sederhana dapat kita batasi sebagai suatu kajian tentang bagaimanan seseorang mampu untuk berpikir dengan lurus. Logika sebagaimana dikemukakan Gie dkk (1980) adalah bidang pengetahuan yang merupakan bagian dari filsafat yang mempelajari segenap asas, aturan dan tata cara mengenai penalaran yang benar. Dengan kata lain dikatakan Titus (1964) “logic is the study of methods and principles used distinguish good (correct) from bad (incorrect) reasoning”.
Pada upgrading yang akan dilakukan pada Sabtu, 3 Mei 2014 akan diberikan pembekalan oleh pemateri dimulai dari dasar-dasar berfikir logika. Termasuk di dalamnya nanti akan dibahas mengenai definisi logika, tujuan belajar ilmu logika, berfikir induktif dan deduktif, matematika statistik, konversi, silogisme, kausalitas, resiprokal, paradigm konstruktif dan kritis, serta paradigm positivis dan post positivism.
Memang tidak ada jaminan bahwa orang yang mempelajari logika akan mampu menjadi ahli berpikir yang lurus. Meskipun demikian, belajar logika tidak berarti akan sia-sia. Belajar logika adalah belajar metode dan prinsip menilai penalaran/argument, baik penalaran dari diri sendiri maupun orang lain. Dengan belajar logika, kita bias dituntun untuk berpikir kritis, tidak menerima pendapat orang lain begitu saja, mampu melihat kondisi sosial yang sedang terjadi di sekitar kita dan dapat memberikan solusi untuk permasalahan yang terjadi. Oleh sebab itu, belajar logika bagi anggota RSC merupakan bekal yang sebaiknya harus dimiliki, terlebih dalam melakukan penelitian ataupun membuat karya ilmiah.
IDENTIFIKASI MASALAH
Masalah adalah salah satu aspek kehidupan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Apabila dikaitkan dengan manusia yang hakikatnya sebagai makhluk sosial, masalah merupakan salah satu faktor penunjang perkembangan kualitas manusia itu sendiri. Semakin baik manusia itu dapat menyelesaikan masalah di lingkungannya, maka semakin baik pula kualitas manusia tersebut. Masalah (bahasa Inggris: problem) kata yang digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan. Masalah biasanya dianggap sebagai suatu keadaan yang harus diselesaikan. Umumnya masalah disadari „ada“ saat seorang individu menyadari keadaan yang ia hadapi tidak sesuai dengan keadaan yang diinginkan.
Sedangkan, pengertian identifikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanda kenal diri atau bukti diri, menentukan atau menetapkan identitas seseorang atau benda. Identifikasi masalah adalah suatu kegiatan menetapkan atau menentukan suatu masalah dari lingkungan untuk mencari solusinya.
Dalam kaitanya dengan pengembangan kualitas karya ilmiah kita sebagai Insan Penulis Muda dan Kaum Intelektual, kita dituntut untuk adapat menangkap masalah dari lingkungan sekitar untuk mencari solusi terbaiknya sebagai salah satu bentuk usaha pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu; Pengabdian Masyarakat sekaligus mengamalkan ilmu pengetahuan yang kita miliki. Untuk itu pada Upgrading tanggal 03 Mei 2014 kali ini kami akan menyajikan materi tentang Identifikasi Masalah guna meningkatkan kualitas dan kemampuan teman-teman sekalian dalam meningkatkan kualitas karya tulis.
Resume :
LOGIKA BERFIKIR
Alhamdulillah kegiatan upgrading dengan materi yang kita lakukan kemarin dapat berjalan dengan lancar. Untuk materi kedua yaitu dasar-dasar logika yang disampaikan oleh Mas Fida Shihab Azzuhri peserta seperti dibawa pada suasana berfikir santai dengan logika. Hal tersebut Mas Fida kemas dalam beberapa permainan logika dan kalimat-kalimat premis. Peserta diajarkan mengenai pengertian logika dan pengembangan logika yang berkaitan dengan lingkup penulisan dan penelitian seperti pernyataan, preposisi, logika formal, logika material, logika matematika, serta paradigma yang selalu menyelubungi RSC dalam melakukan penelitian, Positivisme dan Postpositivisme. Ringkasnya mengenai materi dasar-dasar logika dapat diuraikan sebagai berikut. Pegertian logika pada intinya merupakan kemampuan bernalar untuk mendapatkan jawaban lurus atau sesuai yang terarah. Terdapat pernyataan dan preposisi dalam logika penulisan. Pernyataan yang dimaksud yaitu kalimat yang memiliki nilai benar dan salah seperti “Anang adalah seorang mahasiswa (kalimat tersebut dinyatakan pernyataan karena Anang ‘sekum 2014’ memang seorang mahasiswa)”. Sementara itu, preposisi diartikan sebagai kalimat yang telah memiliki subjek dan predikat, misalnya “Fahrur meneliti persepsi mahasiswa FIA mengenai birokrasi Indonesia”. Berlatih berfikir logika membawa seseorang menjadi pribadi yang kritis. Mewujudkan fikiran kritis dalam penelitian, diawali dengan mencari akar permasalahan seperti menemukan asal-usul ataupun latar belakang dari peristiwa yang menjadi masalah tersebut kemudian dikomparasikan dengan fenomena yang sedang terjadi. Barulah dibangun suatu gagasan atau saran dengan berfikir konstruktif. Sebagai penutup dari sesi pertama upgrading kemarin, Mas Fida mempunyai pesan untuk kita semua. Harapannya pesan Mas Fida dapat memotivasi kita untuk menulis dan penelitian. Pesannya berbunyi “TERUSLAH BERKARYA KARENA REVOLUSI BELUM SELESAI”.
IDENTIFIKASI MASALAH
Masalah adalah suatu keadaan nyata yang tidak sesuai dengan teori yang berlaku di lingkungan. Masalah dapat diperoleh atau ditemukan dengan cara mengamati fenomena di lingkungan sekitar dengan cara menggali informasi dari media informasi. Penulis dapat mempertajam pemahamannya tentang suatu masalah penelitian melalui diskusi, membaca dan terjun langsung ke lapangan karena seorang peneliti selayaknya memiliki kemampuan dapat memahami masalah. Memahami masalah merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data agar tujuan penelitian dapat diketahuai sehingga karya yang dihasilkan dapat berguna di masyarakat. Ciri-ciri masalah yang dapat diangkat dalam sebuah penelitian, yaitu; rasional, empiris dan sistematis sehingga diperoleh data yang valid. Tujuan dari meneliti, yaitu sebagai; penemuan, pembuktian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Sedangkan kegunaan meneliti adalah memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.
Bukan suatu perkara mudah bagi seorang peneliti dalam menemukan suatu masalah yang memang benar-benar penting untuk diteliti karena ketajaman suatu masalah itu juga menentukan kualitas dari peneliti tersebut, sekritis apa peneliti tersebut. Hendaknya seorang peneliti harus memiliki motivasi yang kuat dalam membuat karyanya, yaitu untuk berdedikasi mengembangkan ilmu pengetahuan dan benar-benar mencari solusi dari masalah yang ada dalam masyarakat demi kemajuan bangsa dan kesejahteraan bersama. Bukan hanya didasarkan pada egoisme belaka untuk menerima suatu apresiasi dan pujian belaka. Harapan penulis, semoga materi yang telah disajikan dalam Upgrading yang diselenggarakan 03 Mei 2014 dapat menjadi motivasi teman-teman RSC sekalian untuk memperbaiki kualitas karya ilmiah