Ditulis pada tanggal 21 November 2014, oleh ari.irawan, pada kategori Entrepreneur News

Ryano Panjaitan awalnya ingin berbisnis sendiri. Niat itu diutarakan pada kedua pamannya, selepas merampungkan kuliah di Universitas Al Azhar, Kairo. “Saya bilang ke mereka, bagi mainan dong,” tutur Ryano. Ketika menjelaskan uneg-unegnya lebih lanjut, Ryano justru ditawari untuk gabung ke Agung Concern.

Ryano (utama)

Butuh waktu seminggu untuk mengiyakan tawaran tersebut. Tahun 2009, ia masuk perusahaan. Posisinya management trainee. Ia masuk ke Car Logistic, salah satu departemen bisnis perusahaan tersebut. Departemen itu mengurusi bisnis angkutan car carrier, box, dan trailer. “Saya diperlakukan sama seperti karyawan lainnya. Gaji juga UMR,” ujarnya kepada Sigit A.Nugroho dari SWA Online.

Melalui cara itu, Ryano diberi kesempatan mengetahui setiap bisnis proses dari usaha kendaraan pengangkut mobil milik Agung Concern. Bahkan dirinya sering mengikuti perjalanan car carrier di Sumatera. “Perjalanan itu kan berhari-hari. Saya jadi tahu persis operasional dan bagaimana kerjanya sopir,” tutur pria kelahiran 13 Maret 1982 ini.

Dari turun lapangan itu, Ryano menemui banyak inefisiensi. Banyak biaya terbuang percuma. “Waktu itu kita lebih banyak pakai vendor, armadanya sewa. Nah, saya usul kenapa tidak dikelola sendiri,” ujar dia kepada dua seniornya. Bukti Panjaitan dan Ilham Panjaitan. Usulnya soal pembelian 7 armada car carrier disetujui. Tentu setelah dia paparkan visibilitas bisnis.

Benar saja, bisnis yang dikembangkan Ryano maju pesat. Tahun 2012, departemen bisnis tersebut di spin off menjadi entitas perusahaan sendiri. “Juni 2012 berdiri Agung Car Trans dengan 31 unit car carrier,” ujarnya. Konsumen juga bertambah. Dari semula hanya mendistribusikan mobil Toyota untuk Agung Toyota— perusahaan satu group, melebar ke semua merek kendaraan. Rutenya, Bali, Jawa, Sumatera. Keberhasilan tersebut mengantarkan Ryano pada posisi Direktur di Agung Car Trans.

“Pertumbuhan tahun 2012-2013 mencapai 30%. Dan, tahun ini diproyeksikan tumbuh sampai 70%,” tuturnya tanpa mau merinci angka penjualan. Sementara, jumlah armadanya kini tercatat sebanyak 107 unit.

Ryano

Tak puas sampai di situ, Ryano juga melebarkan bisnis pengangkutannya. Agung Concern mendirikan anak usaha, yakni Agung Line. Ryano membeli kapal roro (roll on roll off) NV Ostina pada tahun 2013. Kapal itu punya kapasitas angkut 650 unit mobil dengan daerah operasi Jakarta, Tanjung Pinang, Pekan Baru. “Saat ini kontribusi Agung Line dan Agung Car Trans masih kecil terhadap grup. Tapi sejauh ini masih on the right track dan terus tumbuh,” tuturnya. Tidak itu saja, Ryano juga mengaplikasikan sistem IT. Dari tracking operasional, finance, hingga HRD sudah terdigitalisasi dan internet base.

Keberhasilan Ryano menjalankan bisnis tidak bisa dilepaskan dari para mentornya di Agung Concern. Sejak awal gabung, dia dimentori langsung oleh beberapa BOD. “Seperti CFO (Nurjaya Andi) dan COO (Samuel Siahaan) serta dua paman saya,” tutur dia.

Tentu, selama mentoring ini dia diperlakukan sebagai profesional. Bahkan, dirinya sempat mendapat ultimatum dari salah satu mentornya. “Pak Samuel pernah bilang, ‘Ryano kalau kamu berprestasi, tak ada siapa pun bisa halangi kamu. Tapi kalau kamu bikin kesalahan fatal, saya akan pecat kamu’” kenangnya. Padahal, sang mentor sama sekali bukan anggota keluarga pemilik Agung Concern. “Biar perusahaan keluarga, tetap dikelola secara profesional,” kata dia.

Sebagai informasi, Agung Concern didirikan oleh Samuel Panjaitan (Alm) dan Ostina Emanuel Panjaitan tahun 1954 di Surabaya. Awal berdirinya perusahaan ini bergerak di importir mobil. Sekarang Agung Concern memiliki enam unit usaha: Agung Toyota, Agung Freight, Agung Warehouse, Agung Rent, Agung Cartrans, dan Agung Line. Dua pasangan ini memiliki lima anak, yakni Tanoa Panjaitan (alm), Bukti Panjaitan, Bakti Panjaitan (meninggal usia 1 tahun), Ilham Panjaitan, dan Todo Panjaitan.

Saat ini, Bukti Panjaitan menduduki posisi Chairman Group dengan Ilham Panjaitan sebagai CEO Group. Sementara, Todo Panjaitan yang memilih jalur kesenian diberi posisi komisaris. Nah, Ryano adalah anak kedua dari Almarhum Tanoa Panjaitan.

Ryano menuturkan, dari 7 BOC Agung Concern, hanya ada dua yang dari keluarga Panjaitan. Sisanya diisi para profesional. Saat ini posisi Ryano sebagai direktur Agung Line dan Agung Car Trans, posisinya satu layer di bawah BOC. Sementara, saat ini ada lima sepupu Ryano lainnya yang turut gabung. “Semuanya dari staf. Meski keluarga, bisa dipecat oleh para profesional di sini kalau tidak berprestasi,” tuturnya.

Suatu kali Ryano pernah buang air selama tiga hari. Gara-garanya, dia salah ambil keputusan bisnis yang berakibat rugi miliaran rupiah. Saat itu dirinya sedang menjajaki bisnis kapal. Dia menyewa kapal pada salah satu perusahaan. “Rencananya kapal itu mau disewakan lagi ke klien. Eh, ternyata klien itu ngebatalin. Duit udah keluar, ordernya batal,” kenangnya.

Untuk menutupi kesalahan itu, Ryano mencari orderan ritel. “Ya tetap rugi, tapi tidak sebesar sebelumnya,” kata dia. Kesalahan yang menurutnya fatal tersebut justru dianggap sebagai learning cost oleh pamannya. “Pak Ilham tidak marah, tapi menyemangati untuk terus belajar,” jelas dia.