Di era perkembangan teknologi dan informasi yang demikian pesat pada dewasa ini, serta dengan akan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), tantangan yang dihadapi oleh para profesional informasi atau pustakawan makin besar. Hal itulah yang menjadi suatu bahasan yang menarik dalam kuliah tamu nasional yang bertajuk “Strategi, Tantangan, dan Peluang Profesional Informasi dalam Menghadapi MEA” yang diselenggarakan oleh Program Studi S1 Ilmu Perpustakaan FIA UB, Senin (25/5). Dalam acara yang digelar di Aula Gedung A Lantai 4 FIA UB tersebut, hadir Labibah Zain, M.LIS, Drs. Gatot Tjatur Mardiantoro, MM, dan Dr. Ratih Nur Pratiwi, M.Si sebagai narasumber, Muhammad Rosyihan Hendrawan, M.Hum sebagai moderator, dan para peserta yang terdiri dari mahasiswa FIA UB dan beberapa kampus lainnya di Malang.
Dalam sambutan pembukanya, Dekan FIA UB Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS menyampaikan tantangan yang dihadapi oleh Program Studi S1 Ilmu Perpustakaan sebagai program studi yang relatif baru. Menurut Dekan, diperlukan kerja keras dari seluruh elemen dosen dan mahasiswa untuk mempromosikan program studi ini hingga setara dengan program studi serupa yang sudah mapan di kampus-kampus lain. Dekan menambahkan bahwa pihaknya telah menerima tokoh-tokoh di bidang ilmu perpustakaan dan informasi untuk menambah wawasan mahasiswa dan agar program studi ini makin dikenal, salah satunya adalah kehadiran Kepala Badan Perpustakaan Nasional beberapa waktu lalu. “Saat ini sudah terbuka peluang untuk magang dan studi ekskursi internasional dengan kampus-kampus lain di Malaysia, Singapura, dan Thailand. Kami akan memfasilitasi jika ada di antara mahasiswa yang berminat,” imbuh Dekan.
Sementara itu, Labibah Zain, M.LIS dalam paparannya mengungkapkan keprihatinannya terhadap kompetensi pustakawan di Indonesia. Menurutnya, saat ini masih bisa ditemui pustakawan yang berlatar belakang pendidikan kepustakawanan yang minim atau bahkan tidak ada sama sekali. Padahal, pengetahuan khusus tentang perpustakaan saat ini mutlak diperlukan agar kualitas pengelolaan informasi berjalan dengan baik. Ia menyebut setidaknya ada tujuh kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pustakawan. “Seorang pustakawan tidak hanya pintar di bidangnya, tapi juga harus memiliki social skills, management skills, IT, research and publishing, language skills, dan local awareness,” tegas dosen UIN Sunan Kalijaga yang juga menjabat sebagai Country Representative Special Library Association (SLA) Asian Chapter itu.
Pada sesi yang lain, Kepala Bidang Penyelamatan Arsip Statis, Badan Perpustakaan dan Kearsipan Jawa Timur, Drs. Gatot Tjatur Mariantoro, MM memaparkan tentang fungsi vital perpustakaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Menurutnya, sejak adanya perubahan pada UU No. 32 tahun 2004 menjadi UU No. 23 tahun 2014 yang memberi kewajiban kepada pemerintah daerah untuk mengelola perpustakaan dan kearsipan, profesional informasi atau pustakawan mutlak harus dikembangkan dan ditingkatkan kompetensinya. Gatot berpendapat bahwa tidak ada bangsa di dunia yang maju tanpa memiliki perpustakaan. “Oleh karena itu, Badan Perpustakaan dan Kearsipan Jawa Timur menetapkan visi, misi, dan program yang mengarah pada menciptakan masyarakat yang gemar membaca,” ujar Gatot.
Di sela-sela kegiatan kuliah tamu ini, dilaksanakan peresmian Himpunan Mahasiswa Prodi Ilmu Perpustakaan (HMPIP) FIA UB. Peresmian ditandai dengan pemukulan gong oleh Dekan FIA UB dan disaksikan oleh seluruh peserta. Setelah acara, HMPIP FIA UB mengundang perwakilan mahasiswa dari prodi Ilmu Perpustakaan dari beberapa kampus di Malang untuk berbagi ilmu dan bertukar pendapat seputar pengembangan organisasi dan ilmu perpustakaan. (ALA/RN/AT/FIA)