Bahasa Inggris Bahasa Indonesia (0341) 553737 Selamat Datang di Website Official FMRC FIA UB

Sinopsis Piye Kabare…? Penak Jamanku To ! karya Belinda JK, Mayang Lestari, Moh. Alfan

[Piye Kabare..? Penak Jamanku To !]

Pada 28 Januari 2008, Indonesia seakan dibawa kembali pada masa orde baru dimana tayangan televisi lebih sering memberitakan kegiatan mantan pemimpinnya, yakni Soeharto. Saat itu Indonesia dirundung duka. Soeharto yang lengser dari kekuasaanya pada 1998, meninggal dunia setelah dirawat selama 24 hari di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta. Menjadi bagian dari masyarakat sudah ada dalam benaknya sedari kecil hingga dewasa. Dan ia menerapkannya saat mengemban tugas untuk negara.

Gambar Soeharto yang sedang tersenyum dan disampingnya tertulis “Piye Kabare? Penak Jamanku to?” inilah yang seolah menyiratkan bahwa masyarakat mulai merindukan masa-masa kepemimpinan Soeharto. Pada tahun 1970-an Soeharto berhasil menggandakan produksi hinggal 3-4 ton beras per hektar. Dan dalam priode tahun 1970-1979 produksi beras mengalami peningkatan sebesar 7,5 ton dan 15 juta ton selama periode tahun 1980-1989. Masa-masa jaya pangan pada era Soeharto itulah yang mungkin menjadi awal tercetusnya kalimat “Piye Kabare? Enak jamanku to?” Di balik kritikan pedas masyarakat terhadap Soeharto, ternyata Soeharto menyisakan sedikit kenangan baik yang membuat masyarakat kembali rindu terhadapnya.

Setelah digulingkannya Presiden Soeharto pada tahun 1998, Indonesia yang awalnya hanya sebagai tempat transit narkoba mulai berubah haluan menjadi negara tujuan. Dan sejak tahun 2000, Indonesia terindikasi sebagai negara produsen. Di zaman Soeharto permasalahan narkoba memang tidak semencuat di era reformasi. Selain karena media massa tidak boleh sembarang mempublikasikan berita, pada masa ini pun tak banyak kasus bersar terkait permasalahan narkoba.

Soeharto tidak banyak meninggalkan bekas-bekas kejayaannya, seperti memberi nama jalan dengan nama dirinya, bapaknya, mertuanya, atau istrinya. Bahkan selama pemerintahannya kita jarang melihat foto-fotonya dipajang di spanduk umum, bilboard, atau media visual publik lainnya.

Oleh Student Volunteer Fmrc Fia UB : Dita Taranita
Courtesy to : Belinda JK, Mayang Lestari, Moh. Alfan

Foto Fmrc Fia UB.
Search