LABORATORIUM PARIWISATA SELENGGARAKAN WEBINAR RESILENSI MULTI-BENCANA PADA DESTINASI WISATA HERITAGE

Masa kolonial Belanda menyebabkan akulturasi budaya pada berbagai aspek, tidak terkecuali pada arsitektur bangunan dan tata perkotaan. Di Indonesia terdapat sedikit kota peninggalan kolonial yang masih aktif, sekaligus berperan sebagai situs heritage serta destinasi wisata. Terdapat risiko multi-bencana mengancam stabilitas dan keberlanjutan kota heritage tersebut antara lain bencana dan degradasi alam, bencana non-alam seperti kebakaran dan usia bangunan serta bencana sosial seperti perubahan fungsi bangunan, vandalisme dan kurangnya manajemen visitor flow khususnya di tengah pandemi Covid-19.

Konservasi virtual merupakan model konsep pelestarian yang mengutamakan kemudahan akses data dan informasi, interaktivitas pengguna, keterpeliharaan objek sekaligus menghidupkan kembali suasana asli dari objek yang dilestarikan atau direkonstruksi dengan pemanfaatan teknologi realitas misalnya 3D virtual reality (VR). Kemampuan VR dalam menyimpan set data, informasi dan gambar yang akurat berguna untuk memantau degradasi dan cetak biru restorasi, sekaligus mendukung protokol pencegahan Covid 19, dan menemukan realitas virtual adalah cara efektif meningkatkan kesadaran penggunanya akan ancaman bencana dan mendorong sikap dan perilaku terkait konservasi. Oleh karena itu, konservasi virtual berbasis VR diyakini menjadi solusi konkrit mitigasi risiko multi-bencana yang membantu stabilitas dan sikap kepedulian terkait situs warisan dunia tersebut.

Berangkat dari fenomena tersebut, Unit Laboratorium Pariwisata menyelenggarakan webinar Tourism Disaster Management bagi mahasiswa Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Unit Laboratorium Pariwisata memfasilitasi dengan mengundang narasumber akademisi internasional, pemerintah daerah dan praktisi virtual reality secara online.

Narasumber pertama diisi oleh Assoc. Prof. Ignatius Cahyanto, Ph.D. dari Louisiana University, USA dengan membawakan dua sub topik terkait Risiko-risiko multi-bencana pada destinasi wisata heritage dan strategi resiliensi multi-bencana destinasi wisata heritage melalui Tourism Disaster Management.

Narasumber kedua Bapak Adrial.M.Par., Sekretaris Dinas Kebudayaan, Permuseuman dan Peninggalan Bersejarah (DKP2B) Kota Sawahlunto yang mengisi materi mengenai Best practice manajemen destinasi wisata heritage dan upaya pelestarian cagar budaya di Kota Sawahlunto dan Kejadian multi-bencana yang mengancam keberlanjutan UNESCO Heritage Site – Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto.

Andes Rizky Founder dan CEO Millealab Virtual Reality Platform sebagai narasumber ketiga membawakan materi sekaligus mendampingi praktikum penggunaan VR sebagai alat tourism disaster management pada destinasi wisata heritage. Pada tahap ini dimaksudkan agar mahasiswa memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenai konsep, peralatan, software yang umum digunakan dan berbagai contoh penggunaan teknologi AR Selain itu, pada kegiatan ini peserta akan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membuat konten preservasi destinasi wisata heritage berbasis VR. Diisi dengan pengenalan teknologi VR, penerapannya pada preservasi virtual dan berakhir dengan Praktikum VR untuk destinasi wisata heritage.

Unit Laboratorium berharap dengan diadakannya webinar ini maka membuka pemahaman mengenai adopsi teknologi yang potensial dalam mitigasi multi-bencana pada destinasi wisata. Selain itu juga meningkatkan literasi mitigasi multi-bencana dan pengetahuan mengenai manajemen destinasi wisata heritage. Mengingat ditujukan untuk mahasiswa khususnya mahasiswa Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Unit laboratorium berharap untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin. 

 

 

https://kanal24.co.id/read/perlindungan-pengelolaan-wisata-heritage-belum-optimal