Resensi : Misteri Soliter: Filsafat dalam setumpuk kartu Remi

Jostein Gaarder
2016, Bandung, Mizan

Gambar mungkin berisi: teks

Hans Thomas, 12 tahun, bersama sang ayah melakukan perjalanan ke Yunani untuk mencari sang ibu yang pergi mencari jati diri. Perjalanan pa

njang itu diwarnai kejadian-kejadian aneh. Seorang kurcaci memberi Hans Thomas sebuah kaca pembesar, seo

rang tukang roti memberikan sekerat roti berisi buku kecil yang dipanggang dalam roti tersebut. Buku itu berkis

ah tentang seorang pelaut yang terdampar di sebuah pulau; setumpuk kartu remi yang tiba-tiba hidup, dan seorang Joker yang memahami lebih banyak dibandingkan dengan yang lain.
Siapakah mereka? Dan kemanakah mereka akan membawa Hans Thomas? Misteri Soliter adalah bacaan yang ditulis khusus bagi mereka yang ingin belajar filsafat tanpa harus berkerug kening. Kisah di dalam kisah, karakter yang mungkin nyata, mungkin pula tidak, masa lalu, dan masa depan. Dengan pertanyaan seputar, ‘Siapakah aku, dari mana asalku, dan kemana aku akan pergi?’ Sebuah kisah yang menyajikan teka-teki dan eksplorasi kehidupan yang memukau.
Ciri khas tulisan Jostein Gaarder adalah memadukan keindahan dongeng dan kedalaman perenungan.
***

Perjalanan Hans Thomas bersama sang ayah berawal dari Arendal, kota kelahiran mereka menuju Athena dengan mengendarai mobil. Dalam perjalanan tersebut, Pa dan Hans Thomas membuat kesepakatan: bahwa Pa dilarang untuk merokok di dalam mobil, dan Hans dilarang untuk mengeluh sepanjang perjalanan. Sebagai gantinya, mereka bersepakat untuk sering-sering berhenti untuk beristirahat.
Saat dalam perjalanan, mereka bertemu dengan pria pendek (seukuran kurcaci) yang mengarahkan mereka untuk melewati Dorf dan memberinya memberinya kaca pembesar.. Di sana, Hans bertemu dengan seorang tukang roti yang m

emberikan Hans empat buah roti kadet. Si tukang roti meminta Hans untuk berjanji menyembunyikan roti kadet terbesar di antara roti-roti kadet yang diberikannya dan memakannya saat ia benar-benar sendirian. Hans Thomas juga diminta untuk tidak menceritakan apa pun pada orang lain. Rupanya, ada misteri di balik itu semua yang harus dirahasiakan Hans dari Pa: ada sebuah buku mini yang dipanggang dalam roti kadet miliknya. Kaca pembesar yang sebelumnya diberikan oleh kurcaci ternyata adalah alat bantu bagi Hans untuk menguak misterinya.
Sepanjang perjalanan, dalam momen-momen berhenti itu, Pa mengajarkan banyak hal seputar kehidupan pada anaknya. Pa juga melontarkan pertanyaan-pertanyaan filosofis kepada anaknya. Selama Hans Thomas sendirian,

dia berusaha untuk membaca buku roti kadet. Di dalamnya, terdapat kisah yang menceritakan tentang petualangan seorang pelaut yang terdampar di sebuah pulau aneh. Di sana pemuda itu bertemu dengan kurcaci-kurcaci yang merupakan simbolisasi kartu remi. Pemuda itu bertemu dengan Frode (yang berukuran manusia normal) yang menceritakan tentang asal-muasal bagaimana para kurcaci itu berada di sini, dan bagaimana pula Frode bisa sampai di pulau misterius tersebut.
Yang membuat Hans terheran-heran adalah banyaknya kesamaan yang terjadi dalam kehidupannya dengan cerita tentang kehidupannya di dunia nyata. Namun, Hans tetap menjaga misteri tentang buku tersebut dari Pa sampai mereka bertemu dengan ibunya. Dengan membaca buku tersebut, membuat Hans juga memiliki kosakata filosofis untuk mengimbangi kisah yang dipaparkan ayahnya.
Percakapan-percakapan antara Pa dan Hans Thomas menjadi pengingat kembali bagi para pembaca untuk menekuri asal muasal dirinya dalam belantara kehidupan dunia. Sementara itu, cerita dalam buku roti kadet membuat kita berpikir dalam. Selain itu, kisah tentang kartu-kartu remi tersebut begitu menarik. Yang paling menarik adalah tentang penanggalan kartu berdasarkan jumlah kartu remi, dan yang mengejutkan: Hari Joker.

Oleh : ALFA NURLAILA AULIYA RAMADHANI (SV FMRC FIA UB)
Courtesy to : Jostein Gaarder
Bibliografis : http://fia.ub.ac.id/lama/katalog/index.php…
#resensibuku #kemasulanginformasi #fmrc #ULPAFIAUB