Semiloka Nasional Kepustakawanan Indonesia 2018
Konsep tata kelola informasi atau information governance menjadi terlihat “baru” karena perubahan-perubahan yang disebabkan oleh penggunaan teknologi masa-kini, khususnya teknologi berbasis komputer atau teknologi digital. Pemahaman prinsipil tentang tata kelola informasi (information governance) awalnya diletakkan dalam konteks yang lebih luas yakni tata kelola (governance) yang mengandung makna bagaimana cara suatu bangsa mendistribusikan kekuasaan dan mengelola sumberdaya serta berbagai masalah yang dihadapi masyarakat. Dengan kata lain, dalam konsep tata kelola terkandung unsur demokratis, adil, transparan, rule of law, partisipasi dan kemitraan. Jika kita menganggap bahwa masyarakat masa kini adalah “masyarakat informasi” maka sebenarnya secara langsung kita mengandaikan bahwa kegiatan mencari, mengumpulkan, dan menggunakan informasi sudah menjadi kegiatan utama di dalam masyarakat itu. Pada masyarakat saat ini kompetensi informasi menjadi bekal hidup utama. Seseorang dapat berfungsi dan bertindak secara memadai di masyarakatnya jika dia punya kemampuan (ability), keterampilan (skill), dan kompetensi (competence) informasi. semisal contoh sehari-hari yang dapat dirasakan oleh publik di wilayah urban, yaitu kesediaan informasi publik. Lembaga dokumenter sekaligus menjadi lembaga publik seperti perpustakaan, pusat rekod, depo arsip, pusat dokumentasi, museum dan sebagainya memungkinkan adanya informasi tersebut serta konektivitas yang bertujuan dalam diseminasi pengetahuan bersama. Jika sebuah masyarakat mengalami kerepotan dalam menangani persoalan informasi di dalam kehidupan mereka, maka masyarakat itu memerlukan bantuan orang-orang profesional, para pekerja informasi (information professionals) yang memiliki kompetensi tertentu.
Tak kalah penting, kompetensi tersebut berkaitan dengan efisiensi dan efektifitas bekerja, serta berdasarkan kesepakatan, artinya, kompetensi merupakan urusan kedua belah pihak: si pekerja/pemberi jasa maupun orang lain yang menggunakan hasil kerjanya. Kemudian ada unsur unik karena kompetensi pekerja informasi tidak dapat disamakan dengan kompetensi orang pada umumnya. Kompetensi yang unik tersebut pada dasarnya digunakan untuk melayani kepentingan masyarakat, sebagai bagian dari sebuah institusi jasa (services). Sebagai bagian dari sebuah institusi, maka kompetensi para professional informasi seperti pustakawan, manajer rekod, arsiparis, kurator, manajer pengetahuan/informasi, dokumentalis, pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID) dan sebagainya dilihat sebagai bagian dari kerja, karena itu kompetensi pustakawan dilihat sebagai bagian dari profesionalisme.
Maka kini kita di Indonesia dapat memahami tata kelola informasi (information governance) sebagai bagian dari reformasi sektor publik dan pelibatan jaringan pembuatan kebijakan yang lebih luas. Walaupun juga demikian, pada umumnya kita mengenal tata kelola informasi dalam pengertian spesifik dan teknis. Ada beberapa aspek fundamental yang masih perlu kita pahami dalam peran bagi lembaga dokumenter sekaligus sebagai lembaga publik di Indonesia saat ini seperti perpustakaan, pusat rekod, depo arsip, pusat dokumentasi, museum dan sebagainya, khususnya ketika pembangunan bangsa baik dari segi konektivitas Lembaga, keterbukaan Informasi publik dan diseminasi Pengetahuan serta tata kelola informasi itu sendiri saat ini dapat dilihat sebagai kesatuan yang tak terpisahkan. Diperlukan berbagai pendekatan untuk memahami beberapa peran itu, khususnya untuk memfokuskan perhatian kita kepada tradisi pustaka dan profesi pustakawan. Karena kesimpulan sementara, persoalan inti dalam kompetensi dan profesionalisme akan amat berperan dalam proses transfomasi dan reformasi yang menjadi penggerak utama dari penerapan tata kelola informasi. Persoalan inilah yang harus mendapat perhatian penuh dunia kepustakawanan Indonesia saat ini. Dengan kata lain, kompetensi dan profesionalisme para pekerja informasi sebenarnya berada di titik sentral dari paradigma tata kelola (governance). Tahun 2018 ini, sesuai dengan visi misi dan tanggung jawab keilmuwan pada Program Studi Perpustakaan dan Ilmu Informasi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA UB), bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII) serta Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI), kami dengan bangga mempersembahkan Semiloka Nasional Kepustakawanan Indonesia 2018 dengan Tema Besar “Tata Kelola Informasi : Konektivitas Lembaga, Keterbukaan Informasi Publik dan Diseminasi Pengetahuan.” Melalui tema besar ini, Kami mengundang para ilmuwan dan praktisi dari berbagai bidang kajian atau disipilin ilmu yang berkaitan dengan perpustakaan dan ilmu informasi, seperti kajian kearsipan, manajemen rekod, kajian dokumentasi, kajian museum, sistem informasi, ilmu komputer, sains data, administrasi publik, administrasi bisnis, administrasi pendidikan, manajemen, ilmu komunikasi, sosiologi pengetahuan, dll untuk berkontribusi dari berbagai sudut pandang dalam pengembangan sifat interdisiplineritas keilmuwan Perpustakaan dan Ilmu Informasi pada kegiatan ilmiah ini.
JENIS KEGIATAN
Seminar Nasional
Seminar Nasional diisi oleh narasumber kunci (keynote speakers) dan narasumber utama (invited speakers), serta diskusi yang dipresentasikan oleh para pemakalah yang berasal dari hasil seleksi call for paper. Ini merupakan kegiatan utama dari rangkaian kegiatan yang dilakukan selama tiga hari.
Lokakarya Nasional
Lokakarya Nasional akan memberikan tiga pilihan kelas yang menggambarkan ranah kajian yang dapat diikuti oleh peserta terutama dalam rangka peningkatan softskills di bidang perpustakaan, informasi, arsip, dan teknologi informasi. Seluruh peserta dalam Lokakarya Nasional juga merupakan nara sumber karena dikemas dalam format FGD. Pada sesi awal, setiap nara sumber utama di setiap kelas akan memaparkan bersama secara paralel kepada peserta mengenai pemikiran mereka atas konsep yang menjadi tema dalam setiap sesi. Setelah itu, peserta akan memilih tema yang akan menjadi bahasan bersama. Dalam sesi FGD ini, selain nara sumber utama, juga didampingi oleh seorang fasilitator selaku pemandu acara dan notulensi. Lokakarya Nasional kali ini peserta dibagi dalam 3 kelas, yaitu:
- Kelas Keilmuan Perpustakaan dan Informasi
- Kelas Kajian Perpustakaan Perguruan Tinggi
- Kelas Kajian Informasi Publik
Pelatihan (training)
Pelatihan (training) dalam kegiatan ini. Peserta bebas memilih materi pelatihan sesuai dengan tema yang diminati. Pelatihan akan dipandu oleh Fasilitator yang kompeten di bidangnya.
Tema Training yaitu:
- Pustakawan Meneliti (Research Skills, originality, and information literacy)
- Implementasi Knowledge Management di Dunia Bisnis dan Pendidikan
- Design Thinking for Libraries
- Digital Literacy dan Strategi Pemanfaatan Sumber Informasi Digital