Bahasa Inggris Bahasa Indonesia (0341) 553737 Selamat Datang di Website Official FMRC FIA UB

Bedah Buku, “Bangkitlah Gerakan Mahasiswa”

Bedah buku yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) yang berkolaborasi dengan Tim dari Fadel Muhammad Resource Center (FMRC). Acara dilaksanakan pada tanggal 24 April 2018 bertempat di lantai basement Gedung A FIA, yang dihadiri lebih dari 50 mahasiswa. Kegiatan diskusi tanya jawab berlangsung aktif, ini menandakan bahwa para mahasiswa mulai tersadar perannya sebagai mahasiswa.

Pemateri 1 – Eko Prasetyo (Penulis Buku Bangkitlah Gerakan Mahasiswa)

Sejarah sebuah negeri dibangun oleh anak-anak muda. Di kampus, organisasi itu ada. Kampus menjadi tempat untuk belajar organisasi, dan melahirkan gerakan mahasiswa yang mengubah dunia. Kampus, pikiran-pikiran besar itu meluncur. Kepercayaan diri mahasiswa, rasa percaya diri itu tumbuh sejak menjadi mahasiswa, dan mahasiswa punya percaya diri lebih.

Bangkitlah Gerakan Mahasiswa ialah dukungan bagi mahasiswa, karena mahasiswa pencetus perubahan. Kampus membuat Anda ketakutan, sekolah mempersempit kita, kuliah kedokteran harus menjadi dokter. Kalau Soekarno penurut, tidak mungkin ia bisa jadi insinyur. Saya kuliah di Fakultas Hukum, normalnya seharusnya saya menjadi hakim, pengacara, seharusnya saya menjadi seperti itu, tapi gerakan, yang membuat saya hidup. Kalau saya menjadi hakim, kita tidak akan mungkin bertemu sekarang, kecuali Anda jadi tersangka.

Kampus menciptakan keseragaman, ketika dikatakan, “ada yang tanya” hanya diam kalau saya mengajar, ini membuat organisasi padam. Tapi saya optimis gerakan mahasiswa akan tumbuh subur, karena pertemuan organisasi mulai ramai. Walaupun ditekan oleh kampus, organisasi mulai hidup, diskusi pun mulai hidup. Kampus bukan diisi oleh anak-anak seragam, patuh, tapi diisi oleh keanekaragaman. Pemerintah bilang mau impor dosen asing, saya setuju sekali. Bahkan sebenarnya kita sudah capek dengan dosen kita, dan kuliah akan menjadi menarik.

Kita perlu memperkuat organisasi mahasiswa, karena mahasiswa menjadi matang bila ikut organisasi. Riset juga menunjukkan bahwa mereka yang aktif berorganisasi menjadi mampu beradaptasi, organisasi itu elemen penting dalam perguruan tinggi, di negara China, mahasiwa diwajibkan mengikuti organisasi, Australia dan Jepang pun demikian, Mari kita melangkah untuk melibatkan diri dengan organisasi kemanusiaan, keadilan, seperti yang dilakukan oleh kampus-kampus zaman dulu. Soekarno dan Hatta, mereka pernah juga menjadi mahasiswa. Mahasiswa adalah masa-masa istimewa, idealis, hanya pada masa-masa itulah, masa terbaik untuk mengembangkan diri.

Pemateri 2 – Novada Maula Purwadi (Mahasiswa FISIP UB)

 Apa itu gerakan mahasiswa? Mahasiswa sebagai perintis, mahasiswa harus punya pendapat sendiri, tidak takut salah, takut bersuara. Mahasiwa berkumpul, berdiskusi mengenai ide-ide mereka, kemudian bergerak. Kenapa kalian datang kesini? Untuk menyadarkan pentingnya gerakan mahasiswa. Ini realitas yang terjadi, saya akan membahas secara simple. Apa masalah yang ada di universitas Brawijaya? PTN BH, yang artinya subsidi pemerintah akan dikurangi, maka 1 – 2 tahun lagi kita seperti universitas swasta, lalu dimana gerakan mahasiswa? Dimana mahasiswa yang menentang ini?

 

Kesimpulan

Bangkitlah Gerakan Mahasiswa merupakan buku yang didedikasikan bagi seluruh aktivis mahasiswa yang berani melawan. Banyak sekali fakta di masyarakat yang harus dihadapi oleh mahasiswa. Sistem pendidikan yang berorientasi pada uang. Bukan hanya diam, duduk nyaman di ruangan ber-AC, sembari mendengar petuah dosen. Perubahan terjadi karena ada gerakan. Di kelas kita hanya belajar teori, tanpa tahu bagaimana praktiknya. Kenapa harus bergerak? Karena bergerak butuhkan keberanian, seperti Tan Malaka.

Perlawan terhadap penguasa, kebijakan penguasa yang tidak pro pada rakyat. Bang Eko disini mengajak seluruh mahasiswa untuk melawan, dan menentang ketidakadilan yang terjadi. Kini sudah saatnya mahasiswa bangkit, menyuarakan keresahannya. Bukti sejarah sesungguhnya menyakinkan bahwa semua penguasa jatuh dari kursinya, akibat tekanan dari mahasiswa. Buku ini teruntuk mengawali apa itu gerakan, bukan sebagai diktat atau pegangan kuliah di kelas.

Pergerakan mahasiwa mulai mengalami kemunduran. Melemah sebab hanya berkutat pada isu-isu praktis, seperti kenaikan Bahan Bakar Minyak, harga pendidikan yang mahal, kebutuhan pokok yang tidak terjangkau, dan sebagainya. Mahasiwa seharusnya lebih kreatif, membuka pandangannya. Isu harusnya perlu digarap lebih serius dan matang.

Pada awal menjadi mahasiwa, kebanyakan mahasiswa merasa begitu bangga dan yakin dapat membawa perubahan. Mereka ingin bergerak dengan bergabung di organisasi-organisasi, tapi mimpi itu sirna seiring berjalannya waktu. Semangat itu hilang ketika berada di ruang kuliah. Mahasiswa dibelenggu peraturan, kampus menjadikan mahasiswanya pingsan.

Mahasiswa dapat berjuang melalui gagasannya, teriakannya, belajar dari sejarah pergerakan. Kampus melumpuhkan tradisi kritis dengan pola penyeragaman. Kampus kini menjadi industri tenaga kerja. Kampus sebagai tempat mencetak pegawai, sebab menguatnya komersialisasi. Kaum reformis atau mereka yang ingin berubah, akan menghentikan perjuangannya, manakala dianggap membahayakan pengaruh dan kedudukan kaum borjuis. Saatnya mahasiswa bangkit dan melakukan pergerakan. Bukan hanya diam dan menurut pada pengekangan yang ada.

Notulensi oleh : Aldi Rahman Untoro

 

Search