Malang, (24/9/2024) – Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA UB) sukses menggelar acara bedah buku Analisis Kebijakan Publik Kuantitatif pada Selasa (24/9/2024). Bertempat di Aula Lantai 4 Gedung A FIA UB, acara ini dihadiri oleh ratusan peserta yang terdiri dari akademisi, mahasiswa, dan penggiat kebijakan publik. Dua pakar terkemuka, Fadillah Putra, S.Sos., M.Si., MPAff., Ph.D., dan Dr. Riant Nugroho dari Masyarakat Kebijakan Publik Indonesia (MAKPI), menjadi narasumber utama dalam diskusi yang membahas pentingnya pendekatan kuantitatif dalam analisis kebijakan publik.
Dalam sambutannya, Dr. Riant Nugroho menekankan bahwa data kuantitatif memainkan peran krusial dalam merumuskan kebijakan publik yang berbasis fakta. Menurutnya, angka bukan sekadar alat pengukuran, tetapi juga cerminan dari realitas yang lebih besar dan harus dipahami dalam konteks yang tepat.
“Dalam analisis kebijakan publik, *numbers matter. Angka adalah kunci untuk memahami dampak suatu kebijakan. Namun, kita tidak boleh hanya berhenti pada angka. Kita harus memahami konteks di balik data tersebut agar kebijakan yang dihasilkan lebih komprehensif dan efektif,”* ujar Riant.
Lebih jauh, Riant menekankan pentingnya menjaga integritas angka dalam analisis kebijakan. Ia menjelaskan bahwa kebijakan yang berlandaskan data tanpa memperhatikan kejujuran dan konteks bisa menyesatkan. Menurutnya, angka harus diimbangi dengan pemahaman kritis terhadap dinamika sosial dan politik.
“Jangan alergi terhadap angka dalam kebijakan publik. Data adalah alat yang membantu kita memahami masalah dan merumuskan solusi yang efektif. Dengan integritas data, kita bisa melampaui sekadar angka dan menghasilkan kebijakan yang lebih tajam,” tambahnya.
Sementara itu, Fadillah Putra, S.Sos., M.Si., MPAff., Ph.D., dosen FIA UB, menyoroti perlunya kehati-hatian dalam memilih indikator yang digunakan dalam analisis kuantitatif. Menurutnya, meskipun data kuantitatif menawarkan objektivitas, pemilihan indikator yang tidak tepat dapat menyebabkan kesimpulan yang salah dan kebijakan yang tidak relevan.
“Kita membutuhkan angka untuk menganalisis kebijakan, namun kita harus lebih kritis terhadap indikator yang digunakan. Integritas indikator sangat penting agar kebijakan yang dibuat benar-benar mencerminkan kebutuhan masyarakat dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,” jelas Fadillah.
Ia menambahkan bahwa penggunaan data kuantitatif memerlukan kecermatan tinggi dalam menyusun indikator yang akurat dan representatif. Analisis yang tepat dapat memberikan gambaran yang jelas tentang masalah yang ada, namun tanpa integritas, data tersebut bisa menjadi tidak berguna.
Acara bedah buku ini juga menawarkan kesempatan bagi peserta untuk membeli buku Analisis Kebijakan Publik Kuantitatif dengan harga spesial. Buku yang semula dibanderol Rp 83.000 dijual dengan harga diskon Rp 50.000 khusus selama acara berlangsung.
Diskusi antara kedua narasumber berlangsung mendalam, dengan banyak pertanyaan seputar cara menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mendukung kebijakan publik yang lebih transparan dan efektif. FIA UB melalui acara ini menunjukkan komitmennya dalam mendorong penggunaan pendekatan ilmiah dalam perumusan kebijakan publik di Indonesia.