Kepemimpinan dan Kepercayaan
Kepemimpinan merupakan kunci kesuksesan. Kepemimpinan atau Leadership sebagai sesuatu yang esensial bagi setiap orang. Plato dalam karyanya Phaedrus menggambarkan jiwa manusia bagaikan kereta kuda. Dimana kereta itu ditopang oleh dua kuda, yang satu bagus, terdidik, memiliki karakter yang baik, sementara yang satu lagi sebaliknya. Ada keinginan untuk kebaikan, dan nafsu yang tak akan pernah terpuaskan. Kalau kita mampu memimpin dua kuda itu, kita akan mampu memetik kepercayan orang lain. Inti dari pengendalian diri ialah memimpin diri sendiri.
Dua hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu kepekaan dan keberanian. Kepekaan merupakan peka terhadap diri sendiri maupun orang lain. Sementara keberanian ialah berani melepaskan diri dari tekanan sosial, hingga nilai-nilai yang diyakini tetap digenggamnya. Jiwa kepemimpinan yang ideal lahir dari berbagai konflik, yang kadang tidak mudah dan seringkali menyakitkan. Kualitas kepemimpinan itu lahir, ketika ia tidak menyerah, tidak menarik diri, serta tidak memendam konflik-konflik tersebut.
Seorang pemimpin dinilai dari kebijaksanaannya dalam membuat keputusan. Keputusan yang tidak dipengaruhi oleh kepentingan kelompok. Pemimpin juga harus mempunyai integritas. Integritas berarti kesesuaian antara apa yang diucapkan, apa yang diyakini, dengan apa yang dilakukan. Kalau seseorang mengatakan bahwa orang lain tidak boleh korupsi, maka ia pun wajib menunjukkan bahwa ia tidak mencuri uang dari perusahaan tempat ia bekerja.
Pemimpin yang baik tetap menjaga prinsip yang dimilikinya. Meskipun ia berada di tengah-tengah lingkungan yang kurang baik, seperti adanya kebiasaan bergunjing, mengeluh, menjatuhkan orang lain. Bukan berarti ia harus ikut terbawa arus tersebut. “Men acquire a particular quality by constantly acting in a particular way” Aristoteles.
Visi merupakan sebuah nilai unggul yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Dalam bukunya Visionary Leadership, Burton Nanus – seorang profesor di bidang administrasi bisnis, ia menjelaskan bahwa sebuah visi yang baik harus melibatkan hal-hal berikut: 1.) Menarik komitmen dan menyemangati orang-orang, 2.) Menciptakan makna dalam kehidupan para pekerja, 3.) Membangun sebuah standar kesempurnaan (excellence), 4.) Menjembatani masa kini dengan masa depan, 5.) Mengubah status quo. “If you are given a chance to be a role model, I think you should always take it because you can influence a person’s life in a positive light,” Tiger Woods.
Berinovasi menjadi karakter seorang pemimpin yang baik. Kunci berinovasi ialah memandang dunia sebagai lautan. Bahwa lautan yang begitu luas itu seakan tak berujung. Jangan takut akan kesalahan, karena pemimpin belajar dari kesalahan. Kathryn Schulz, penulis buku Being Wrong: Adventures in the Margin of Error menuliskan bahwa, “Setiap bentuk kesalahan merupakan sebuah kesempatan untuk mempelajari dan melihat sesuatu dengan cara baru.”
Posisi sebagai pemimpin menuntut kita bertemu dengan banyak orang. Manfaatkan waktu pertemuan tersebut untuk memperluas relasi. Relasi akan memungkinkan terjadinya kolaborasi. “I have always believed in the power of collaboration. Early on in my professional career, I realized that you can’t develop all the competencies you need fast enough on your own,” Vishwas Chavan.
Kepemimpinan ialah menaruh perhatian penuh pada manusia. Empati berarti memosisikan diri ada di posisi orang lain. Kemudian menimbang respons terbaik untuk orang tersebut. Sebagai seorang pemimpin, kita perlu berlatih untuk mendengarkan. Mendengarkan berbeda dengan hanya sekadar mendengar. Mendengarkan berarti kita bersungguh-sungguh untuk lebih memperhatikan apa yang dikomunikasikan oleh seseorang. Mendengarkan memang melelahkan, sebab melibatkan hati dan perasaan. “The easiest way to make employees do their best work is to appreciate them.” Alexander Den Heijer
Pemimpin yang baik mampu melahirkan pemimpin baru. Kaderisasi artinya mampu melatih orang untuk memimpin perusahaan dengan wawasan yang memadai, sehingga keputusan yang diambil tidak melewatkan satu pun pertimbangan penting. Pemimpin berikutnya harus memiliki kemampuan memimpin yang ia dapatkan dari pengalaman dan pembelajaran pemimpin sebelumnya.
Buku berjudul, Leadership itu “Dipraktekin” karya Tim Wesfix ini membuat kita lebih paham mengenai kepemimpinan dan bagaimana implementasinya dalam kehidupan. Bersifat praktis dan menyodorkan gagasan mengenai kepemimpinan, kepercayaan, bahwa pemimpin harus teguh memegang nilai-nilai yang diyakininya.
Oleh: Aldi Rahman Untoro
Courtesy to; Tim Wesfix
Deskripsi Bibliografis: https://goo.gl/7v6onX