Kenalkan Inklusi Keuangan Berbasis Teknologi dalam Brawijaya Fintech Day
Perkembangan teknologi sudah merambah ke bidang manapun, termasuk inklusi keuangan. Prof. Dr. Bambang Supriyono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya (UB) mengatakan bahwa seringkali ideologi dari administrasi bisnis kalah gencar dengan teknologi. Maka dari itu, diselenggarakanlah acara Brawijaya Fintech Day sebagai pengenalan finansial berbasis teknologi pada Selasa (18/9/2018) di Basement FIA UB. Bertemakan “Mendorong Inklusi Keuangan dengan Kehadiran Fintech P2P Lending”, acara diikuti oleh 300 mahasiswa FIA UB.
“Khusus di sarjana Administrasi Bisnis, kami sudah mendesain kurikulum dibawah jurusan Administrasi Bisnis yang semula konvensional, sekarang jauh menyesuaikan dengan perkembangan entrepreneur dan teknologi,” jelas Prof. Bambang.
Acara yang dihadiri oleh Sunu Widyatmoko (Co-Founder & CEO Dompet Kilat), Adelheid Helena Bakau (CEO Kredit Pro), Windy Natriavi (COO Awan Tunai), dan Alvin Taulu (Kepala Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK) ini akan mendorong dan mengedukasi para pahasiswa terkait inklusi keuangan.
Brawijaya Fintech Day sendiri diselenggarakan dengan kerjasama antara Asosiasi Fintech Indonesia dengan IALab, yaitu laboratorium kewirausahaan dan inovasi FIA UB, untuk menginformasikan kepada mahasiswa tentang Financial Technologi (Fintech). Ari Irawan, S.E., M.M. selaku Sekretaris Laboratorium Kewirausahaan dan Inovasi FIA UB atau ei-Lab menjelaskan tujuannya agar mahasiswa paham akan teknologi pada finansial.
Ssaat ini semua serba teknologi digital, tak terkecuali jasa keuangan. Bahkan bank-bank sudah merasakan dampaknya, terutama antrian transaksi, karena kecenderungan konsumen bertransaksi melalui handphonenya, seperti mobile banking, internet banking, dan lainnya,” jelasnya.
Fintech memberikan celah lain kepada start-up bisnis yang dijalankan oleh mahasiswa dan UMKM, terutama dalam hal kebutuhan pendanaan dengan mengakses peer to peer lending sehingga ada kemudahan dalam peminjaman.
“Perusahaan baru atau UKM yang tidak memiliki agunan dapat mengajukan pinjaman ke peer to peer lending tersebut. Kami ingin untuk memotivasi mahasiswa menjadi enterpreneur muda tanpa kesulitan modal dan jaminan,” ujar Ari.