Jaga Stabilitas Harga Bawang Merah, FIA UB Usulkan Dibentuknya Badan Koordinasi Khusus
Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian, telah berupaya keras untuk menjaga tingkat produksi dan stabilitas harga bawang merah di pasaran. Dengan berbagai strategi yang telah dirumuskan, pemerintah meyakini ketersediaan bawang merah dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. Namun, pada beberapa waktu yang lalu, tetap saja ditemukan fakta harga bawang merah yang melambung tinggi di beberapa daerah, yang kemudian berlanjut ke daerah lainnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Dan bagaimana solusi yang harus diambil oleh pemerintah?
Jawaban dari kedua pernyataan itu mengemuka dalam seminar bertajuk “Peningkatan Efisiensi Rantai Pasok Bawang Merah Demi Stabilitas Harga Pangan”. Kegiatan tersebut adalah buah kerjasama antara Kelompok Kajian Pengembangan UMKM (K2PU) FIA UB dengan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian RI. Direktur Jenderal Hortikultura Dr Ir Spudnik Sudjono MM hadir dalam kesempatan itu untuk membeberkan strategi dan kondisi di lapangan. Sedangkan Ketua K2PU Dr Kusdi Rahardjo DEA sebagai pemateri kedua menyampaikan hasil penelitian pihaknya yang berisikan solusi yang perlu ditempuh oleh pemerintah. Dan Dosen Fakultas Teknologi Pertanian UB Dr Ir Sutjipto juga hadir untuk memberikan perspektif tentang pergudangan bahan pangan.
Dalam sambutannya, Dirjen Hortikultura Spudnik Sudjono menjelaskan bahwa pihaknya telah menerapkan berbagai strategi agar harga bahan pangan tetap terjangkau bagi masyarakat, sekaligus menguntungkan petani. Di antara strategi yang ditempuh adalah “Manajemen Tanam”, yakni dengan menerapkan waktu tanam yang ketat untuk menjaga pasokan bahan pangan di masa mendatang. Namun, Spudnik menemukan adanya kenaikan harga pangan yang tajam di beberapa daerah. Dari penelusuran timnya di lapangan, disimpulkan bahwa ada oknum-oknum yang melakukan manuver negatif sehingga menyebabkan kenaikan harga itu. “Kami pun menyampaikan fakta-fakta di lapangan kepada Bareskrim (Polri, red.). Dan selang waktu 10 hari, polisi telah berhasil menetapkan tersangka dalam kejahatan terencana itu,” beber alumni Doktor Ilmu Administrasi UB itu.
Sementara itu, Ketua K2PU FIA UB Kusdi Rahardjo menyoroti panjangnya rantai pasok bawang merah dari petani hingga sampai ke konsumen. Menurut Kusdi, penguasaan terbesar bawang merah ada di tangan pedagang besar, sehingga dapat memunculkan perilaku oportunistik. Dari hasil kajiannya, Kusdi mengusulkan dibentuknya suatu badan baru di bawah pemerintah. Kusdi menyebutkan fungsi adanya badan ini adalah sebagai koordinator pengelolaan rantai pasok bawang merah hingga ke tangan pengecer dan konsumen. “Badan ini akan bekerja dengan bantuan teknologi informasi kekinian, sehingga mencegah perilaku oportunistik semacam itu,” ujar pria yang juga menjabat Ketua Program Studi Magister Administrasi Bisnis itu.
Selain itu, Kusdi sempat menyoroti kurangnya pemahaman dan kesadaran para petani terkait tata cara tanam yang tepat. Kusdi menemukan petani bawang merah di daerah sentra seperti Nganjuk dan Probolinggo lebih mementingkan berat total dan mengabaikan jarak tanam. Padahal, jarak tanam yang terlalu berdekatan adalah penyebab menurunnya kualitas bawang merah, khususnya untuk ekspor. “Dalam hal ini petani juga menggunakan pupuk pestisida yang berakibat pada menurunnya kualitas tanah pada jangka panjang,” imbuhnya.
Kegiatan yang dihelat di Hotel Royal Orchids Garden, Batu, itu nampak dihadiri oleh berbagai kalangan yang berkepentingan dengan bawang merah. Di antaranya perwakilan dinas pertanian se-Jawa Timur, dinas perdagangan se-Jawa Timur, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koordinator Perekonomian, dan para pelaku usaha di bidang pertanian.