Texts
Dinamika Formulasi Kebijakan Dalam Pengembangan Desa Wisata Minat Khusus : Studi pada Kampung “Idiot” Desa Karangpatih Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo
RINGKASAN
Yaen Miftakhul Laily, Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya,
Malang, Dinamika Formulasi Kebijakan dalam Pengembangan Desa Wisata
Minat Khusus (Studi Pada Kampung “Idiot” Desa Karangpatihan
Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo);Komisi Pembimbing: Ketua : Dr.
Endah Setyowati, S.Sos, M.Si., Anggota: Dr. Ainul Hayat, S.Pd, M.Si.
Desa wisata minat khusus sebagai alternatif dari kegiatan wisata yang
terus berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia yang terus berubah.
Pengembangan desa wisata salah satunya terdapat pada desa wisata di Desa
Karangpatihan Kabupaten Ponorogo. Pengembangan desa wisata berubah
sesuai dengan kondisi eksiting dilapangan yang dapat melahirkan kebijakan yang
baru melalui proses dinamika formulasi kebijakan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi, dan menganalisis
dinamika formulasi kebijakan dalam pengembangan desa wisata minat khusus di
Kampung “idiot” Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo
dan untuk menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
pengembangan desa wisata minat khusus pada Kampung “idiot” Desa
Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo.
Teori dalam penelitian ini adalah menggunakan teori dinamika formulasi
kebijakan dari teori Peters (dalam Dudley dan Jeremy, 2000) yang lebih dikenal
dengan nama teori Petter for Is yang terdiri dari empat indikator, yaitu ide,
kepentingan, lembaga, dan individu dalam pengembangan desa wisata minat
khusus yang dilihat dari peran-peran aktor yang terlibat didalam proses
pengembangan desa wisata di Desa Karangpatihan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian
studi kasus. Teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah
peneliti itu sendiri, pedoman wawancara, dan catatan dilapangan. Kemudian
analisis data berupa model analisis data menurut Creswell (2019).
Hasil penelitian ini adalah dalam dinamika formulasi kebijakan terdapat
empat hal yang mempengaruhi pada sebuah dinamika formulasi kebijakan, yang
pertama adalah ide dimana ini disini dengan memperkuat strategi dan inovasi
pemantapan dan peningkatan fungsi dan peran kawasan sosial dilakukan
dengan pembinaan masyarakat ‘’idiot’’. Kedua adalah aspek kepentingan
pemerintah dalam pembangunan desa wisata di Kampung “idiot” Desa
Karangpatihan mencangkup berbagai aspek yang melibatkan ekonomi dimana
pemerintah memiliki kepentingan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
setempat melalui sektor pariwisata. Aspek kepentingan yang kedua adalah
kepentingan masyarakat yang mana masyarakat berharap pembangunan desa
wisata dapat membuka peluang baru untuk menghasilkan pendapatan,
masyarakat ingin pembangunan infrastruktur yang dapat meningkatkan
aksesibilitas desa mereka. Ketiga adalah lembaga dimana terdapat 3 lembaga
yang terlibat dalam pemberdayaan desa wisata yaitu dinas sosial, dinas
pariwisata, dinas pemberdayaan masyarakat dan desa yang bekerja sama dalam
mengelola dan memajukan desa. Keempat adalah aspek individu yang terdiri dari
pihak akademisi, masyarakat, POKDARWIS dalam menjadikan pengembangan
desa wisata berjalan dengan baik sekaligus memberdayakan masyarakat.
Melalui dinamika formulasi kebijakan tersebut timbulah ide mengembangan desa
wisata minat khusus yaitu wisata berbagi yang menjadikan objek wisata ini
berbeda dengan lainnya.
Temuan dalam penelitian ini adalah melalui sebuah ide terdapat potensi
wisata alam yang perlu dikembangkan lagi mengingat beberapa kendala dalam
pengembangan pariwisata yang ada. Temuan lainnya adalah terdapat
masyarakat “idiot” di Desa wisata Karangpatihan Kabupaten Ponorogo yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan hidupanya yang hanya bergantung kepada
pemerintah lokal setempat. Perlunya sebuah ide dan gagasan baru untuk
menambah penghasilan agar tidak bergantung pada orang lain sehingga mereka
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Kemudian dengan adanya
kepentingan harapannya untuk menjadi dorongan pembentuk kebijakan. Temuan
spek lembaga sebagai badan legalitas hukum untuk menaungi segala bentuk
perwujudan untuk mewujudkan sebuah kebijakan. Individu sebagai agent of
change untuk memperbaiki sistem dan melakukan gerakan untuk mewujudkan
sebuah agenda kebijakan.
Rekomendasi kebijakan dari penelitian ini adalah mengenai kebijakan
desa wisata minat khusus berbagi melalui kegiatan pendidikan dan spiritual.
Konsep wisata ini belum pernah ada sebelumnya sesuai dengan teori dari
Darsiharjo (2016) mengenai 7 jenis wisata minat khusus dan berdasarkan
kebutuhan abraham maslow yang ke 6 yaitu self trasendancei dimana belum ada
konsep wisata minat khusus berbagi sehingga dengan adanya gagasan ini dapat
memberikan rekomendasi bentuk wisata baru yang dapat menarik minat
wisatawan untuk datang berkunjung sekaligus bersedekah melalui bentuk wisata
edukasi untuk saling berbagi, hal ini menjadi terobosan baru dalam hal berwisata
yang tidak hanya melakukan kegiatan yang monoton saja sehinhgga dapat
menarik wisatawan untuk berkunjung.
Kata kunci : Desa wisata berbagi, Masyarakat ”idiot”, formulasi kebijakan
SUMMARY
Yaen Miftakhul Laily, Graduate Program, Brawijaya University, Malang,
The Dynamics of Policy Formulation in the Development of Special Interest
Tourism Village (A Case Study in the "Idiot" Village, Karangpatihan Sub-
District, Balong District, Ponorogo); Advisory Commission: Chairperson: Dr.
Endah Setyowati, S.Sos, M.Si., Members: Dr. Ainul Hayat, S.Pd, M.Si.
Special Interest Tourism Village is an alternative to continuously evolving
tourism activities in accordance with the changing needs of humanity. The
development of tourism villages is exemplified in the tourism village of
Karangpatihan in Ponorogo District. The development of tourism villages evolves
according to the existing conditions in the field, which can give rise to new
policies through the dynamic process of policy formulation.
The findings in this study indicate the presence of natural tourism
potential that needs further development, considering several challenges in the
existing tourism development. Another finding is the existence of intellectually
disabled individuals in the tourism village of Karangpatihan, Ponorogo Regency,
who are unable to meet their living needs and rely solely on the local
government. There is a need for new ideas and concepts to generate additional
income so that they can become self-sufficient and meet their own living needs.
The theory applied in this research is the use of the dynamic policy
formulation theory by Peters (in Dudley and Jeremy, 2000), better known as the
Petter for IS theory. This theory consists of four indicators, namely ideas,
interests, institutions, and individuals, in the development of a special interest
tourism village. The examination focuses on the roles of the actors involved in the
process of developing the tourism village in Karangpatihan Village.
This research employs a qualitative approach and adopts a case study
research design. Data collection techniques involve conducting interviews,
observations, and documentation. The research instruments utilized in this study
include the researcher, interview guidelines, and field notes. Subsequently, data
analysis follows the data analysis model according to Creswell (2019).
The findings in this research indicate that there is potential for natural
tourism through an idea that needs further development, considering the
constraints in the existing tourism development. Another finding is the presence
of an "idiot" community in the Karangpatihan Tourist Village, Ponorogo Regency,
which cannot meet its basic needs and solely relies on the local government.
There is a need for new ideas and concepts to generate additional income so that
they are not dependent on others, enabling them to fulfill their own needs. The
hope is that this interest will serve as a catalyst for policy formation. The
discovery highlights the importance of establishing a legal entity as a legal
umbrella to oversee all forms of realization in implementing a policy. Individuals
are identified as agents of change to improve the system and initiate movements
to realize a policy agenda.
The policy recommendations from this research revolve around the
concept of a special interest sharing village through educational and spiritual
activities. This tourism concept has not existed previously, in line with
Darsiharjo's theory (2016) on the 7 types of special interest tourism and based on
Abraham Maslow's 6th need, which is self-transcendence. Since there is no
existing concept of special interest tourism focused on sharing, this idea
proposes a new form of tourism that can attract tourists to visit while engaging in
acts of charity through educational and sharing activities. This represents a
breakthrough in tourism by offering more than just routine activities, thereby
enticing tourists to visit.
Key Note : charity tourism village, intellectually disabled community, policy
formulation
202432 | TES 307 LAI d 2024 k.1 | Fadel Muhammad Resource Center (ilmu sosial) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain