Menilik Revolusi Industri 4.0 dari Aspek Pendidikan
Era Revolusi Industri 4.0 tengah dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, bahkan dunia. Internet of Things (IoT) sangat diperlukan pada era sekarang karena pengaruh internet sudah menjalar dimana-mana. Tidak lupa dengan Artificial Intelegence (AI) yang sebagian orang mengkhawatirkan keberadaannya. Dalam penjelasannya, Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D selaku Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, KEMENRISTEKDIKTI mengatakan bahwa bukan tidak mungkin jika Sumber Daya Manusia (SDM) tergantikan oleh robot. Dari kaitannya dengan aspek Pendidikan, para calon pekerja dalam bidang tersebut harus melatih keahlian sejak dini sejalan dengan era revolusi industri 4.0.
Ada tiga komponen sebagai antisipasi yang perlu ditanam, yaitu diantaranya adalah Mindset yang perlu diubah, humanitive, serta kompetensif.
“Sebagai mahasiswa, kalian perlu mengembangkan aspek 4 C, yaitu Critical Thinking, Creativity Communicative, dan Colaboration,” jelas Prof. Ali dalam seminar Activation bertemakan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0 yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya (UB), pada Senin (22/10/2018) di Aula FIA UB.
Jika menilik pada kekuatan SDM di luar negeri, Indonesia dinilai kurang memiliki aspek dalam kerjasama antar individu. Semua kembali pada Sumber Daya Manusianya. Mahasiswa, bahkan masyarakat dapat kalah bersaing dengan mesin atau robot kecuali memiliki tiga komponen antisipasi dan 4 C seperti yang disebutkan sebelumnya.
Lebih lanjut, pemateri berikutnya yaitu Dr. H. M. Hidayat, MM, M.Pd selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Malang menitik beratkan kepada SDM yang sudah seharusnya mumpuni dan memiliki kualitas serta bersinergi dalam era yang serba digital saat ini. Perlu adanya pembenahan sistem pendidikan untuk penanganan dini terhadap kekhawatiran tergantikannya manusia dengan robot.
“Perguruan Tinggi harus memiliki ideologi pendidikan dengan teknokogi yang bersatu padu,” tutur Hidayat.
Versi Hidayat, untuk mendapatkan SDM yang kompetitif dalam industri 4.0, kurikulum pendidikan harus dirancang agar luarannya mampu menguasai literasi baru. Luaran tersebut diantaranya adalah literasi data, yaitu kemampuan membaca, menganalisi dan memanfaatkan informasi big data dalam dunia digital. Selain itu literasi teknologi adalah memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi. Terakhir adalah literasi manusia, humanities, komunikasi dan desain yang bertujuan agar manusia dapat berfungsi dengan baik di lingkungan yang semakin dinamis.
“Perlu adanya sikap kebersamaan dan kegotongroyongan dalam menghadapi era sekarang. Jangan pesimis,” pesannya.
Sebagai tambahan, Dr. Misbah Fikrianto, M.Si., MM selaku Kasubdit Penalaran dan Kreativitas Kemenristekdikti menyebutkan selain penjabaran dari pemateri-pemateri sebelumnya, aspek yang harus dimiliki generasi sekarang adalah hardskill dan softskill.
“Softskill itu kekmampuan untuk mengkoneksikan kemampuan di era revolusi induatri. Robot atau mesin tidak memiliki kemampuan dalam pengambilan keputusan hingga melobi. Karena itu manusia diciptakan memiliki akal sehat,” lanjutnya.
Mahasiswa juga dituntut untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berinovasi. Mahasiswa tidak cukup untuk kuliah hanya di kelas, namun harus menjelajahi dunia ini. Salah satunya dengan literasi menggunakan internet.