Konferensi di Belanda, Dosen FIA UB Ajak Kampus Aktif Gunakan Media Sosial
Kampus-kampus di Indonesia mulai sekarang harus mulai mengaktifkan interaksi dan komunikasi pemasarannya melalui media sosial secara lebih intensif. Hal ini dikarenakan calon mahasiswa di era digital mulai banyak mengandalkan informasi yang ada di media sosial untuk memilih-milih dan memutuskan perguruan tinggi untuk melanjutkan studi.
Itulah poin penting yang disampaikan oleh Andriani Kusumawati MSi DBA pada International Conference on Social Media Marketing (ICSMM) 2017 di University of Twente, Belanda. Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya (FIA UB) itu turut menjadi salah seorang pembicara dalam konferensi internasional pertama di dunia yang mengangkat tema seputar penggunaan media sosial dalam aktivitas pemasaran global itu.
Melalui artikel yang bertajuk “Social Media Impact on Students’ Choice of University”, Andriani memaparkan tentang perkembangan dan penggunaan teknologi informasi yang sangat pesat akhir-akhir ini, tak terkecuali media sosial. Doctor of Business Administration lulusan University of Wollongong, Australia, ini menemukan bahwa calon mahasiswa sebagai generasi yang melek internet menjadi sangat bergantung dengan segala informasi yang ada di media sosial, termasuk informasi tentang berbagai universitas yang ada di Indonesia. Akibatnya, keputusan untuk memilih suatu perguruan tinggi juga akan banyak bergantung pada informasi yang tersedia di media sosial tersebut. “Univesitas-universitas di Indonesia perlu memahami tren kekinian ini, sehingga harus mulai mengaktifkan jalur komunikasi dengan calon mahasiswa melalui media sosial untuk dapat merekrut mereka sebagai mahasiswa baru,” ujar Andriani.
Konferensi itu sendiri pada tahun ini mengambil tema “It’s about the Essence of Engagement”. Peneliti yang tertarik di bidang pemasaran melalui media sosial dari berbagai negara turut menghadiri perhelatan tersebut, di antaranya dari dataran Eropa seperti Jerman, Yunani, Polandia, Cyprus, Republik Ceko, Turki, dan Belanda sendiri. Selain itu, juga hadir para ilmuwan dari Amerika Serikat, di samping negara-negara Asia dan Afrika seperti Taiwan, Korea Selatan, Ghana, Nigeria, India, Pakistan, Malaysia, dan Indonesia.