Texts
Buruh Migran Perempuan
Secara historis, pengerahan buruh ke luar negeri sudah berlangsung
sejak zaman penja:shan Belanda. Pada awal dekade 1980,
pengerahan buruh migran keluar negeri menjadi salah satu program utama pembangunan ketenagakerjaan nasional. Inilah salah satu faktor yang mendorong meningkatknya jumlah Buruh Migran Indonesia (BMI). Kebijakan ini akhirnya menempatkan buruh migran sebagai
pahlawan devisa.
Pengiriman BMI keluar negeri bukan tanpa risiko. Rendahnya kemampuan hard skill maupun soft skill para buruh migran, khususnya di sektor PRT ini menyebabkan mereka menjadi sasaran empuk perlakuan diskriminatif, kekerasan, eksploitasi, hingga perkosaan. Kondisi ini semakin diperburuk dengan tidak adanya jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang diberikan pemerintah RI kepada mereka. Bahkan pemerintah cenderung melakukan blame the victims jika terjadi kasus pada BMI.
Niat baik pemerintah untuk menyetop pengiriman BMI ke negara- negara tertentu sepertinya akan sulit direalisasikan. Mengingat bursa pengiriman buruh migran keluar negeri_ ini memiliki nilai ekonomi yarns: Sangat tinggi dalam pandangan sistem Kapitalisme. Menurut Be Dunia, remitansi ke negara-negara berkembang mengala peningkatan hingga empat kali lipat sejak tahun 2000. Itulah mengapa, Bank Dunia mencanangkan program Global Knowledge Partnership on Migration and Development (KNOMAD) dalam rangka meningkatkan migrasi, termasuk migrasi buruh migran terampil dan low skill. UN Women PBB turut andil dalam memobilisasi kaum perempuan meninggalkan keluarga dan tanah airnya.
202495 | 344 NUR b 2024 K1 | Fadel Muhammad Resource Center (Ilmu Sosial) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain