Texts
ATRIBUT DESTINASI MICE, DESTINATION BRANDING: PENGARUHNYA TERHADAP CITRA EXISTING DESTINATION, SELEKSI DESTINASI, KEPUASAN DAN REVISIT INTENTION : Survey pada Meeting Planners di Destinasi Jakarta dan Bali
RINGKASAN
Etty Khongrat, Program Doktor Ilmu Administrasi, Minat Administrasi Bisnis,
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, 2012. Judul Disertasi: Atribut
Destinasi MICE dan Destination Branding: Pengaruhnya Terhadap Citra Existing
Destination, Seleksi Destinasi, Kepuasaan dan Revisit Intention.
(Survey pada Meeting Planners di destinasi Jakarta dan Bali).
Promotor: Taher Alhabjsi, Ko-Promotor: Suharyono dan Andriani Kusumawati.
Perkembangan Industri MICE di Indonesia, dewasa ini mulai diperhitungkan
oleh pasar wisata MICE dunia sebagai salah satu destinasi diselenggarakannya
event MICE. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah kegiatan besar bertaraf
internasional yang mulai diselenggarakan di Indonesia sebagai bentuk
kepercayaan masyarakat dunia terhadap Indonesia. Wisata MICE di Indonesia
semakin berkembang karena keadaan pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik dan
keamanan yang kian membaik.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh: 1) atribut
destinasi MICE terhadap citra destinasi; 2) destination branding terhadap citra
destinasi; 3) atribut destinasi MICE terhadap seleksi destinasi; 4) destination
Branding terhadap seleksi destinasi; 5) atribut destinasi MICE terhadap
kepuasaan; 6) destination branding terhadap kepuasaan; 7) citra destinasi
terhadap seleksi destinasi; 8) seleksi destinasi terhadap kepuasaan; 9)
kepuasaan terhadap revisit intention.
Sampel studi ini sebanyak 165 Meeting Planners yang berada di existing
destination yaitu destinasi Jakarta dan Bali. Teknik pengambilan sampel adalah
simple random sampling. Sumber data utama diperoleh dari responden melalui
kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistic deskriptif
dan General Structured Component Analysis (GSCA).
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa (1) atribut destinasi MICE
berpengaruh signifikan terhadap citra destinasi, (2) destination branding
berpengaruh tidak signifikan terhadap citra destinasi, (3) atribut destinasi MICE
berpengaruh tidak singnifikan terhadap seleksi destinasi, (4) destination branding
berpengaruh signifikan terhadap seleksi destinasi, (5) atribut destinasi MICE
berpengaruh tidak signifikan terhadap kepuasaan, (6) destination branding
berpengaruh signifikan terhadap seleksi destinasi, (7) citra destinasi
berpengaruh signifikan terhadap seleksi destinasi, (8) seleksi destinasi
berpengaruh signifikan terhadap kepuasaan, (9) kepuasan berpengaruh
signifikan terhadap revisit intention.
Kontribusi praktis dari penelitian ini memiliki implikasi manajerial, terutama
bagi pihak yang memiliki kewenangan dalam melakukan pemasaran destinasi,
baik ditingkat daerah, maupun tingkat pusat. Pihak yang memiliki kewenangan
melakukan aktivitas pemasaran destinasi di tingkat daerah bisa dilakukan oleh
Dinas Pariwisata, Badan Promosi Pariwisata Daerah atau City Convention
vii
Bureau, seperti Jakarta dan Exhibition Bureau untuk kota Jakarta dan Bali
Convention Bureau.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi Meeting Planners
terhadap atribut destinasi MICE, faktor fisik merupakan hal terpenting seperti
infrastruktur di destinasi, fasilitas meeting, aksesibilitas baik dari destinasi satu ke
destinasi tuan rumah (host) event, jumlah akomodasi yang tersedia sesuai dengan
jenis akomodasi. Selain itu faktor lingkungan seperti keindahan alam, budaya dan
masyarakat di destinasi juga menjadi keunggulan yang kompetitif ketika pilihan
destinasi MICE, keunggulan fasilitas (fisik) yang setara.
Penelitian ini telah memberi kontribusi teori dalam menguatkan sekaligus
menambah generalisasi proses perilaku konsumen dalam teori pemasaran pada
konteks wisata bisnis. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa atribut destinasi
MICE berpengaruh signifikan terhadap citra destinasi, selanjutnya destination
branding berpengaruh tidak signifikan terhadap citra destinasi, penelitian ini
memberikan kontribusi dalam hal persepsi yang berbeda dari sisi turis leisure
melihat destination branding dan promosi bagus keputusan berkunjung ke
destinasi. Hal ini agak berbeda dengan persepsi Meeting Planners menilai
destination branding hanya sebagai alat pemasaran dari penjual destinasi (seller).
Disisi lain persepsi Meeting Planners lebih melihat citra destinasi sebagai
suatu produk yang faktual dan nyata di destinasi, dapat dilihat pada skor rata-rata
sebesar 4.37 masuk dalam kategori sangat tinggi dapat diartikan bahwa citra
destinasi bagi seorang Meeting Planners sangatlah penting sebelum melihat faktor
yang yang lain. Penelitian tentang pengaruh destination branding terhadap citra
destinasi banyak yang sudah dilakukan, beberapa hasil penelitian menyatakan
bahwa pengaruh destination branding terhadap citra destinasi signifikan dari sisi
leisure tourist seperti (Amelia et al., 2018), sepanjang pengetahuan penulis masih
belum ada penelitian membahas tentang pengaruh destination branding terhadap
citra destinasi, dari sisi Meeting Planners melihat sebuah destinasi belum ada yang
meneliti dan ini merupakan kebaruan dalam penelitian ini.
Atribut destinasi MICE berpengaruh tidak signifikan terhadap seleksi destinasi,
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak selalu seleksi destinasi MICE
memenuhi semua kriteria atribut destinasi MICE, hal ini bisa saja terjadi tergantung
dari jenis event, besarnya event dan segmen event. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa Meeting Planners di destinasi Jakarta dan Bali lebih banyak
menggarap segmen pasar pemerintah (goverment). Biasanya event pemerintah
(goverment) destinasi sudah ditetapkan oleh client. Sehingga Meeting Planners
hanyalah menentukan venue, dengan fasilitas pertemuan yang dibutuhkan sesuai
dengan anggaran.
Destination branding berpengaruh signifikan terhadap seleksi destinasi . Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa peran dari destination branding sangat penting,
bagi wisatawan leisure, biasanya terpengaruh dengan promosi destinasi dapat
langsung memutuskan untuk mengunjungi destinasi, agak berbeda dengan
Meeting Planners melihat destination branding hanyalah sebagai alat promosi dan
biasanya hanya sebagai referensi saja merencanakan event.
Kepuasaan berpengaruh signifikan terhadap revisit intention, hasil penelitian
ini dari sisi turis leisure, yang mengunjungi destinasi dan merasa puas dengan
semua layanan yang ada di destinasi beberapa penelitian seperti Putri, et al 2018;
Khansa et al., 2018; Setyo, et al 2017). Sementara dari sisi Meeting Planners
menyatakan puas ketika para peserta atau delegasi merasa puas atas program.
viii
SUMMARY
Etty Khongrat, Doctoral Program in Administrative Science, Specialization in
Business Administration, Faculty of Administrative Sciene of Brawijaya University,
2012. Title of dissertation: MICE Destination Attribute, Destination Branding, and
impact on Existing Destination image, destination selection, satisfaction and
Revisit Intention (Survey of on Meeting Planners in Jakarta and Bali destination)
Promoters: Taher Alhabjsi, co-Promotor: Suharyono and Andriani Kusumawati
The development of the MICE industry in Indonesia, today began to be taken
into account by the world MICE tourism market as one of the destinations for MICE
events. This can be seen from a number of large international activities that have
begun to be held in Indonesia as a form of world community trust in Indonesia.
MICE tourism in Indonesia is growing because of the state of economic growth,
political stability and security that is getting better.
This study aims to examine and analyze the impact of: 1) MICE destination
attributes on destination image 2) destination branding of the destination image; 3)
MICE destination attributes to destination selection; 4) destination branding of
destination selection; 5) MICE destination attribute to satisfaction; 6) destination
branding of satisfaction; 7) destination image of destination selection; 8)
destination selection to satisfaction; 9) satisfaction of revision of intention.
The sample of this study were 165 Meeting Planners in existing destinations
namely Jakarta and Bali. The sampling technique is simple random sampling. The
main data source was obtained from respondents through a questionnaire. Data
analysis techniques used are descriptive statistical analysis and General
Structured Component Analysis (GSCA).
The finding of this study, indicate that (1) MICE destination attribute has a
significant effect on destination image, (2) destination branding has no significant
effect on destination image, (3) MICE destination attribute has no significant effect
on destination selection, (4) destination branding has a significant effect on
destination selection, (5) MICE destination attribute has no significant effect on
satisfaction, (6) Destination branding has a significant effect on destination
selection, (7) destination image has a significant effect on destination selection,
(8) destination selection has a significant effect on satisfaction, ( 9) satisfaction has
a significant effect on revisit intention.
The findings of this research showed that the perception of Meeting Planners
towards the MICE destination attribute relies most importantly on the physical
factors like the infrastructures in the destinations, the meeting facilities, the
accessibility from one destination to the host event, and the amount of
accommodation available. Apart from that, the environmental factors like the
beauty of nature, culture, and community in the destination have also been a
competitive advantage.
This research contributes to the enhancement of theories and simultaneously
adds the generalization process of consummate behavior in the context of leisure
business which is discussed in marketing theory. The result of the research
showed that the MICE destination attribute has a significant influence on the
destination image, while the destination branding has not a significant influence
on the destination image. It can be concluded from the different perceptions
ix
between leisure tourist in reacting towards the destination branding and good
promotion when deciding to visit the destination and the Meeting Planners in which
the destination branding acts as a selling product from the destination seller.
The perception of the meeting planners in looking at the destination image as
a real and factual product in the destination can be seen through the average score
obtained 4.37, which means the destination image is considered the most
important among other factors. There have been many pieces of research that
investigated the influence of destination branding towards the destination image.
Some researchers stated that the influence of the destination branding towards the
destination image was significant according to the leisure tourists (Amelia et al.,
2018). The impact of the destination branding towards the destination image from
of the Meeting Planners which is now become the novelty and the innovation of
this research.
The MICE destination attribute does not have significant influence towards
the destination selection. The result of this research showed that the MICE
destination selection has not always been successful in fulfilling the need of the
MICE destination attribute. This could happen due to the kind of event held, the
size of the event, and the segmentation of the event. This research also revealed
that the meeting planners in Jakarta and Bali mostly hold the government
segmentation event. Often the destination of the government event has been
decided by the clients, so the meeting planners will only have to decide the venue
and the facilities that fit the budget agreed.
Destination branding has a significant impact on the destination selection.
The result of this research showed that destination branding plays an important
role in leisure tourism where those who focus more on the destination branding will
likely choose the destination to visit, while for the meeting planners, destination
branding acts as a tool of promotion and a reference in holding an event.
satisfaction has a significant influence on the revisit intention. It can be seen
through the result of the research where most leisure tourists are considered
satisfied when it comes to the service and facilities provided in the destination,
Putri et al, (2018), Khansa et al, (2018), Setyo et al, (2017), while Meeting Planners
are considered satisfied when all the clients are satisfied with the program held.
202457 | DIS 297,43 KHO a 2024 K1 | Fadel Muhammad Resource Center (Agama) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain