Texts
Chairil Anwar
Chairil Anwar bukanlah sastrawan yang hanya merenung di balik meja lalu menulis puisi. sajak " Dipenogoro" yang petilannya menerakan kata-kata Maju Serbu Serang Terjang, misalnya, ia tuliskan untuk menggelorakan kembali semangat juang. Melalui sajak ini, ia mengungkap sosok Dipenogoro yang kuat dan liat menghadapi Belanda. Chairil tegas melawan kolonialisme. Sebuah kutipan populer yang mendndakan semangat itu terambil dari puisi itu: sekali berarti, sduah itu mati.
20172179 | 927 SUY c 2016 k.1 | Fadel Muhammad Resource Center (Sejarah, Geografi dan Biografi) | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain