Texts
Belajar Hermeneutika
Hermeneutika sebagai metode menafsirkan teks yang semakin digandrungi dalam kancah intelektual negeri kita memang memperlihatkan suatu “potensi kritis” yang sangat diperlukan di dunia kontemporer ini. Melalui hermeneutika, entitas pemikiran dan praktek kebudayaan apa pun seketika terkondisikan sebagai “anti-kemapanan”, “anti-rezimentasi” dan “anti-hegemoni”. Ia sepenuhnya memutlakkan dinaminasi, progresivitas, pluralisme dan kritik-dekonstruksionis.rnNamun, terdapat kesulitan besar yang sangat signifikan untuk menarik beragam teori filsafat hermeneutika ke wilayah praksis keislaman (Islamic studies). Hermeneutika seolah-olah terwujud hanya sebagai “wacana murni”, yang sama sekali tidak nyambung dengan tradisi keislaman yang telah lama berkelindan dalam jutaan praksis. Di situlah terjadi keterputusan simbiotik. Akibatnya, wajah Islam yang hermeneutis sama-sekali belum menemukan formatnya yang membumi.rnAtas dasar kegelisahan tersebut, buku yang ditulis secara khusus untuk membedah “misteri hermeneutika” ini mencoba menusukkan sejarah, teori dan filsafat hermeneutika ke jantung Islamic studies. Sebuah kelancangan “anak-anak Hermes” yang sangat komprehensif dalam menelanjangi para filsuf Barat, yang sepenuhnya berbingkai refleksi-refleksi “kesadaran transendental” khas Islam kontemporer yang hibrid: itulah ‘Hermeneutika Transendental’.rnrnDari Konfigurasi Filosofis menuju Praksis Islamic Studiesrnrn• Emilio Bettirn• Martin Heideggerrn• Rudolf Bultmännrn• Hans-Georg Gadamerrn• Karl-Otto Apelrn• Jürgen Habermasrn• Paul Ricoeur
2016786 | 297.122 601 MUL b 2013 k.1 | Fadel Muhammad Resource Center (Agama) | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Missing |
Tidak tersedia versi lain