Texts
Model Pemberdayaan Kader Posyandu dalam Program Stunting di Kota Batu : Studi Kasus di Dinas Kesehatan Kota Batu Tahun 2018 – 2023
RINGKASAN
Safira Lestari Prabandari B. Program Pascasarjana Universitas Brawijaya
Malang. “Model Pemberdayaan Kader Posyandu dalam Program Stunting di
Kota Batu (Studi Kasus di Dinas Kesehatan Kota Batu Tahun 2018 – 2023)”.
Komisi Pembimbing: Ketua: Dr. Drs. Muhammad Shobaruddin., MA, Anggota:Dr.
Tri Yumarni., SIP.,M.Si.
Status gizi Indonesia sebagai penentu bagaimana menumbuhkan manusia
unggul di masa depan, maju atau mundurnya sebuah bangsa ditentukan status
gizi di negara tersebut. Penyediaan data prevalensi stunting melalui sistem
pendataan yang akurat merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan
pemantauan dan evaluasi terhadap upaya percepatan penurunan stunting di
tingkat nasional, kabupaten/kota, salah satunya adalah Kota Batu. Pada tahun
2022, penduduk miskin di Kota Batu tercatat sebanyak 3,79 persen dan terendah
di Jawa Timur. Pemerintah Kota Batu fokus untuk menekan angka stunting
dengan menyiapkan sejumlah program untuk memastikan asupan gizi anak dan
ibu hamil tercukupi.
Angka kasus stunting di Kota Batu, Jawa Timur, diketahui masih terbilang
tinggi. Pada tahun 2022, angka stunting masih mencapai 14,6 persen. Intervensi
gizi perlu segera dilakukan oleh pemerintah agar tidak ada lagi anak-anak bergizi
buruk ke depannya (Antara News Jatim, diakses 16 September 2023).
Pemerintah Kota Batu membuat target hingga akhir 2023, angka stunting di
wilayah Kota Batu bisa turun dan berada pada angka 10,8 persen (Pemerintah
Kota Batu, 2023). Berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
(DP3AP2KB) Kota Batu, jika dilihat dari periode 2018-2020, ada penurunan
angka pevalensi stunting di wilayah tersebut. Pada periode tersebut, tingkat
prevalensi stunting di Kota Batu yang tercatat sebesar 28,33 persen pada 2018,
turun menjadi 14,83 persen pada 2020, dan pada periode 2020-2022, prevalensi
stunting berkisar pada angka 14 persen. Pada bulan timbang Februari 2023,
angka stunting di Kota Batu sudah mulai mengalami penurunan dan saat ini
berada di angka 13,2 persen (Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota
Batu, 2023).
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan
kualitatif yang berlokasi di Kota Batu, sedangkan situs pada penelitian ini adalah
Dinas Kesehatan Kota Batu. Sumber data primer diperoleh dari beberapa
wawancara dari informan, sedangkan data sekundernya diperoleh dari dokumendokumen,
regulasi serta arsip pemerintah. Teknik pengumpulan data diambil dari
wawancara, observasi dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah peneliti sendiri, pedoman wawancara, serta beberapa alat penunjang.
Studi dokumen serta mengumpulkan analisa data kualitatif model analisis data
Miles Huberman dan Saldana.
Dinas Kesehatan Kota Batu Posyandu merupakan salah satu dari UKBM
(Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) yang dikelola dari, oleh, untuk
dan Bersama Masyarakat, guna memberdayakan Masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada Masyarakat dalam memperoleh pelayanan Kesehatan dasar.
Intervensi lingkungan diperlukan kerja sama dengan seluruh perangkat desa
terkait. Pelatihan dan pemberdayaan tidak hanya berkaitan dengan kompetensi
sumber daya kesehatan, namun juga dibutuhkan pengembangan diri supaya
kader posyandu memiliki kepribadian yang kuat dalam bekerja. Dinas Kesehatan
Kota Batu beserta instansi naungan dibawahnya termasuk RW yang peduli
dengan pentingnya kesehatan masyarakat memberikan apreasiasi untuk kinerja
kader posyandu di Kota Batu. Kader posyandu di Kota Batu masih memiliki
komitmen kerja yang cukup meskipun tidak berimbang dengan gaji yang
diterima. Pola komunikasi dan koordinasi antar kader posyandu dan masyarakat
Kota Batu juga baik, karena beberapa interaksi kegiatan posyandu dan program
penurunan stunting di Kota Batu tahun 2018 – 2023 menggunakan komunikasi
informan yang memudahkan alur koordinasi antara kader posyandu dengan
masyarakat pengguna layanan di Kota Batu.
Perlu penyuluhan atau pelatihan khusus dari tenaga profesional seperti
pekerja sosial. Masyarakat di Kota Batu agar lebih memahami pentingnya
menjaga dan mensejahterakan anak bagi masa depan anak yang lebih baik.
Untuk membantu mensejahteraan ibu dan anak, dukungan sosial kader
posyandu sangat berkontribusi untuk menyelesaikan suatu permasalahan, untuk
itu program dalam dukungan ini harus dijaga dan bahkan harus lebih diperbaiki
dan dievaluasi secara sistem dan prosedurnya. Keberhasilan dalam
kesejahteraan anak sangat ditentukan oleh pemahaman pada ibu dan kader
posyandu sehingga sangat penting terus belajar, terus berkontribusi agar dapat
membantu lebih meningkatkan aspek dalam pelayanan yang belum berkembang.
Walaupun faktor-faktor pengetahuan, sikap, perilaku dan komunikasi kader
posyandu di Kota Batu tergolong baik, tapi usaha-usaha untuk mempertahankan
dan meningkatkan faktor-faktor tersebut masih harus terus dilaksanakan, meliputi
pembinaan rutin dari Puskesmas berupa pemberian penyuluhan, kehadiran
Dokter dan Bidan juga diperlukan pada saat pelaksanaan kegiatan posyandu
agar para kader semakin memahami pentingnya kegiatan posyandu dan
melaksanakan tugasnya dengan baik bagi masyarakat, serta memacu minat
baca para kader untuk mengetahui lebih lanjut tentang pentingnya kegiatan
posyandu dengan memberikan buku-buku bacaan yang menarik mengenal
posyandu.Kata Kunci: Pemberdayaan, Kader Posyandu, Stunting
SUMMARY
Safira Lestari Prabandari B. Postgraduate Program in Brawijaya
University Malang. “Posyandu Cadre Empowerment Model in the Stunting
Program in Batu City (Case Study at Batu City Heath Service 2018 – 2023)”
Supervisory commission: Chief: Dr. Drs. Muhammad Shobaruddin., MA,
Advisory: Dr. Tri Yumarni., SIP.,M.Si.
Nutritional Status of Indonesia as a determinant of how to grow superior
humans in the future, the progress or retreat of a nation is determined by the
nutritional status in the country. The provision of stunting prevalence data through
an accurate data collection system is very important in monitoring and evaluating
efforts to accelerate stunting reduction at the National, district/city level, one of
which is Batu City. In 2022, the poor population in Batu city was recorded at 3.79
percent and the lowest in East Java. The Batu city government focuses on
reducing stunting by preparing a number of programs to ensure adequate
nutrition for children and pregnant women.
The number of stunting cases in Batu City, East Java, is known to be
relatively high. In 2022, the stunting rate will still reach 14.6 percent. Nutrition
intervention needs to be done immediately by the government so that there are
no more poorly nourished children in the future (Antara News Jatim, Accessed 16
September 2023). The Batu city government makes a target until the end of
2023, the stunting rate in the Batu City area can decrease and be at 10.8 percent
(Batu City Government, 2023). Based on data from the Office of women's
empowerment, Child Protection, Population Control and Family Planning
(DP3AP2KB) of Batu City, when viewed from the 2018-2020 period, there is a
decrease in stunting prevalence in the region. In that period, the prevalence rate
of stunting in Batu city, which was recorded at 28.33 percent in 2018, decreased
to 14.83 percent in 2020, and in the 2020-2022 period, the prevalence of stunting
ranged from 14 percent. In the month of February 2023, the stunting rate in Batu
City has begun to decline and is currently at 13.2 percent (Department of
women's empowerment, Child Protection, Population Control and Family
Planning (DP3AP2KB) Batu City, 2023).
The type of research used is a description with quantitative research
conducted in Batu City, made the site in this study is the Batu City Health Office.
Primary number Data were obtained from several informants, while secondary
data were obtained from documents, regulations and government archives. Data
collection techniques were conducted from interviews, observations and
documentation. The research instruments used are the research itself, interview
guidelines, and several research tools. The Studio documents and collects
quantitative analysis data on data analysis models from Miles Huberman and
Saldana.
The Batu Posyandu City Health Service is one of the UKBM (Community
Resource Health Efforts) which is managed by, by, for and with the community, in
order to empower the community and make it easier for the community to obtain
basic health services. Environmental intervention requires collaboration with all
relevant village officials. Training and empowerment are not only related to the
competency of health resources, but also require personal development so that
posyandu cadres have strong personalities at work. The Batu City Health Service
and its subordinate agencies, including the RW, which cares about the
importance of public health, appreciate the performance of posyandu cadres in
Batu City. Posyandu cadres in Batu City still have sufficient work commitment
even though it is not balanced with the salary they receive. The pattern of
communication and coordination between posyandu cadres and the people of
Batu City is also good, because several interactions between posyandu activities
and the stunting reduction program in Batu City in 2018 - 2023 use informant
communication which facilitates the flow of coordination between posyandu
cadres and the service user community in Batu City.
Needs counseling or special training from professionals such as social
workers. The people in Batu City should better understand the importance of
looking after and prospering children for a better future. To help the welfare of
mothers and children, the social support of posyandu cadres greatly contributes
to resolving a problem, for this reason the programs in this support must be
maintained and must even be further improved and evaluated in terms of
systems and procedures. Success in child welfare is largely determined by the
understanding of mothers and posyandu cadres, so it is very important to
continue learning, continue to contribute in order to help further improve aspects
of services that have not yet developed. Although the knowledge, attitudes,
behavior and communication factors of posyandu cadres in Batu City are
classified as good, efforts to maintain and improve these factors still need to be
carried out, including routine guidance from the Community Health Center in the
form of providing counseling, the presence of doctors and midwives as well. It is
necessary when carrying out posyandu activities that cadres better understand
the importance of posyandu activities and carry out their duties well for the
community, as well as encouraging cadres' interest in reading to find out more
about the importance of posyandu activities by providing interesting reading
books about posyandu.
Keywords: Empowerment, Posyandu Cadres, Stunting
202507 | TES 362,19 PRA m 2024 K1 | Fadel Muhammad Resource Center (ilmu sosial) | Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - No Loan |
Tidak tersedia versi lain